27 Tahun Mengurung Diri, Perempuan Buta Salatiga Dievakuasi ACT

Sukarelawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Salatiga, Ardian, menemukan Sumiyah berdasar cerita sesama sukarelawan dalam kondisinya mengenaskan. Mirip genderuwo.

27 Tahun Mengurung Diri, Perempuan Buta Salatiga Dievakuasi ACT Sukarelawan ACT, Ardian, menggendong Sumiyah keluar dari rumahnya di Desa Pobologo, Getasan, Kabupaten Semarang, Jateng, Rabu (21/1/2020). (Semarangpos.com-Sukarelawan ACT)

Semarangpos.com, UNGARAN Sumiyah yang mengalami buta sejak usia lima tahun karena mengalami demam tinggi hingga kejang-kejang dan buta, Jumat (24/1/2020), dievakuasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Salatiga. Sejak 1993 atau 27 tahun silam, ia mulai mengurung diri dan kini kala usianya sekitar 40 tahun hidup dalam kondisi memprihatinkan.

Sumiyah tinggal di rumah beralas tanah dan berdinding papan di Desa Pobologo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Ia hidup sebatang kara, perempuan yang diperkirakan berusia 40 tahun itu menjalani hari-harinya dengan kegelapan.

Meskipun buta sejak usia lima tahun, Sumiyati masih sempat beraktivitas normal. Ia bahkan kerap disaksikan tetangga membantu orang tuanya di kebun.  Namun, situasi berubah saat usianya menginjak 10 tahun, ia mendadak menjadi pendiam.

Puncaknya, semenjak 1993 atau 27 tahun silam, ia mulai mengurung diri. Terlebih, sejak kedua orang tuanya meninggal dunia. Sementara, adiknya hilang bak ditelan bumi. Tak pernah lagi terdengar kabarnya sejak menikah dan pindah ke Banjarnegara.

Warga sempat mengaliri rumah Sumiyah dengan listrik dari masjid. Namun, lampu yang menyala dirusak Sumiyah hingga selalu dalam keadaan gelap.

Kondisi Sumiyah akhirnya sampai ke telingga sukarelawan organisasi kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Salatiga, Ardian. Ia menemukan Sumiyah berdasar cerita sesama sukarelawan.

“Saat kali pertama ketemu, kondisinya mengenaskan. Mirip genderuwo. Orang-orang enggak ada yang mendekat karena takut,” ujar Ardian kepada Semarangpos.com, Jumat (24/1/2020).

Ardian pun lantas mengevakuasi Sumiyah. Perempuan paruh baya itu saat ini menjalani perawatan di sebuah pusat rehabilitasi bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di lereng Gunung Merbabu, Kabupaten Semarang.

Ardian menyebut meski takut, warga desa tetap memperlakukan Sumiyah dengan baik. Warga bahkan memberikan makan setiap hari kepada Sumiyah dengan diletakkan di depan pintu rumah.

Ardian memperkirakan Sumiyah berdiam di rumah sejak 1993 atau sekitar 27 tahun silam. Saat bertemu Sumiyah, yang terlintas dalam benak Ardian adalah memotong rambut perempuan tersebut.

Selain gimbal hingga 2 meter, di rambut Sumiyah juga terdapat kotoran manusia hingga bangkai anakan tikus. “Dia yang minta setelah dipotong, dikeramas dengan sampo warna hitam. Terus diobatin. Makanya, kita bawa ke panti,” cerita Ardian.

Selain buta, Ardian menyebut Sumiyah juga mengalami lumpuh sehingga tak bisa berjalan. “Dia cuma duduk selonjor dan kalau berpindah tempat ndlosor karena tangannya juga lemah,” terangnya.

Kondisinya yang lumpuh dan buta membuat Sumiyah melakukan seluruh aktivitas di rumah. Untuk buang air besar dan kecil bahkan dilakukan di rumah sehingga mengeluarkan bau menyengat.

Sementara Darkumi, tetangga Sumiyah, mengatakan setiap hari tetangga memberikan makan untuk Sumiyah. “Sudah ada yang mengirim makan. Kalau pagi, siang, maupun sore. Tapi cuma dikasih di depan pintu, nanti dimakan langsung,” ujar Darkumi.

Darkumi mengatakan Sumiyah terakhir mandi sekitar setahun lalu. Saat itu ada enam orang dewasa yang memegangi karena Sumiyah terus memberontak. “Bahkan ada yang tangannya digigit. Setelah kejadian itu, engak ada yang berani,” tuturnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.