3 Pelajar MAN 1 Kudus Catat Prestasi di Thailand dengan Beras Analog

Tiga pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Kudus menciptakan beras analog yang memenangi lomba di Thailand.

3 Pelajar MAN 1 Kudus Catat Prestasi di Thailand dengan Beras Analog Tiga pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menunjukkan beras analog hasil ciptaan mereka, Selasa (11/2/2020). (Antara-Akhmad Nazaruddin Lathif)

Semarangpos.com, KUDUS — Tiga pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mencatatkan prestasi dengan meraih medali perunggu pada kompetisi Intellectual Property Invention, Innovation and Technology Exposition (Ipitex) 2020 di Bangkok, Thailand.

Mereka membuat beras analog sebagai pengganti makanan alternatif untuk beras. Beras itu dibuat dengan memanfaatkan bahan makanan, seperti buah laut atau lamun, tepung jagung, dan mocaf yang aman dikonsumsi untuk penderita diabetes.

Kepala MAN 1 Kudus Suhamto di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020), mengatakan lomba inovasi yang diselenggarakan International Invention Innovation Competition in Canada tersebut berlangsung Minggu-Kamsi (2-6/2/2019).

Peserta Seleksi CPNS Kudus Bawa Jimat

Ketiga pelajar pembuat beras analog dengan memanfaatkan buah laut tersebut adalah Indra Faizatun Nisa, Novilla Dwi Candra, dan Alfi Fatimatuz Zahro. Mereka adalah siswi Kelas XI MIPA yang didampingi guru pembimbing Nurul Khotimah.

Suhamto mengaku bersyukur ketiga anak didiknya itu berhasil mempersembahkan medali perunggu di ajang bergengsi di Bangkok, Thailand. Terlebih lagi, lanjutnya, jumlah peserta kompetisi itu mencapai 514 peserta dari 21 negara di dunia.

“Nantinya, temuan mereka bisa didaftarkan hak patennya. Jika memungkinkan juga akan dikembangkan lagi agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama penderita diabetes, serta bisa menangkal radikal bebas,” ujarnya.

Pohon Tumbang di Kudus Timpa Pengendara Motor

Novilla Dwi Candra didampingi dua temannya mengungkapkan pembuatan beras analog tidak sulit.  Bahan yang diolah, yakni tepung mocaf, jagung, dan buah lamun semuanya dibentuk dalam bentuk bubuk.

Khusus buah lamun, kata dia, diperoleh dari nelayan di Kabupaten Jepara. Buah itu kemudian dibuat tepung sebelum dimanfaatkan sebagai bahan beras analog.

Hanya 30 Menit

Untuk menghasilkan 2 kg beras analog, kata dia, dibutuhkan waktu 30 menit. Namun, pencetakannya menjadi butiran kecil seperti beras, harus ke Purwodadi karena di sanalah terdapat alat tersebut.

Daihatsu Xenia Terbalik di Jalur Kudus-Pati

Dalam melakukan uji coba, dibuat empat jenis komposisi bahan yang berbeda guna mengetahui kandungan antioksidan yang tertinggi. Hasilnya, kata dia, dengan komposisi 7:3:1 untuk tepung buah lamun, mocaf dan jagung mendapatkan antioksidan tertinggi 80,52%.

Untuk menguji kandungan beras analog tersebut, kata dia, dilakukan di laboratorium milik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Beras analog yang diberi label atau merek Arass tersebut, untuk kemasan 800 gram dijual dengan Rp25.000, sedangkan kemasan 250 gram dijual Rp7.000.

Metode memasaknya, nasi analog tidak jauh berbeda dengan nasi biasa, tetapi warnanya tidak seputih beras dari beras asli. Selain itu, beras analog tidak perlu dicuci saat hendak dimasak.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.