Batik Wahyu Tumurun Konon Pembawa Petunjuk

Batik klasik wahyu tumurun dipercaya orang zaman dahulu dapat memberi petunjuk bagi pemakainya untuk mewujudkan impian-impian.

Batik Wahyu Tumurun Konon Pembawa Petunjuk Motif batik wahyu tumurun diambil dari laman info batik, Jumat (31/7/2020). (infobatik.id)

Semarangpos.com, SOLO — Setiap manusia memiliki cita-cita yang ingin dicapai. Manusia senantiasa mencari petunjuk untuk dapat mewujudkan impiannya. Batik wahyu tumurun dipercaya orang zaman dahulu dapat memberi petunjuk bagi pemakainya.

Batik wahyu tumurun merupakan salah satu batik klasik yang berkembang di Yogyakarta. Konon, para pencipta batik klasik membutuhkan waktu 40 hari 40 malam untuk memikirkan pola yang akan dilukiskan pada kain.

Karenanya batik klasik selalu memiliki makna filosofis dan sejarah yang mendalam. Setiap pola yang digoreskan mulai dari ornamen utama hingga titik dan garis pun berisikan doa dan harapan yang ditujukan kepada Sang Pencipta.

Banjir Baru Klinting Wujudkan Rawa Pening

Batik wahyu tumurun masih digemari hingga sekarang karena dianggap memiliki motif yang indah. Batik ini mudah dikenali sebab memiliki ornamen utama berupa mahkota terbang. Ornamen mahkota biasa diberi ­isen-isen bunga di dalamnya.

Selain mahkota terbang, terdapat motif pendukung lainnya seperti sepasang ayam atau burung yang berhadapan. Sebagian pembuat batik juga menambahkan motif bunga yang bersemi, bunga yang bertebaran, motif ukel hingga granitan.

Mahkota Terbang

Motif mahkota terbang dalam batik ini memiliki makna filosofis tertentu. Mahkota terbang menyimbolkan kemuliaan. Motif ini dibuat sebagai pengharapan bagi pemakainya supaya diberi petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah dari Tuhan. Petunjuk ini nantinya dapat digunakan pemakai untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.

Batik wahyu tumurun juga kerap digunakan pada prosesi pernikahan. Motif mahkota terbang menyiratkan berkah kehidupan lahir dan batin dalam hubungan berumah tangga. Dipercaya dapat membuat hubungan sepasang suami istri menjadi harmonis dan langgeng hingga maut memisahkan.

Inilah Beberapa Cerita Seram di Undip Semarang

Selain di Yogyakarta, batik wahyu tumurun juga berkembang di daerah lain. Hanya saja, terdapat sedikit perbedaan antara motif penyusun dan warna yang digunakan. Motif batik klasik Yogyakarta ini menggunakan burung merak sebagai motif penyusunnya.

Sedangkan di Surakarta, burung merak digantikan dengan burung phoenix. Hal ini disebabkan saat berkembangnya batik wahyu tumurun di Surakarta banyak dipengaruhi oleh budaya tiongkok yang pada saat itu.

Saat ini batik wahyu tumurun masih banyak diminati. Hanya saja dalam pembuatan kain batik sebagai pakaian tidak boleh sembarangan. Motif mahkota dan burung tidak boleh dijahit secara terbalik sebab dipercaya akan menghilangkan makna yang terkandung di dalamnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.