Dampak Corona, Okupansi Hotel di Semarang Anjlok

Dampak merebaknya virus corona atau Covid-19 dirasakan oleh pelaku industri hotel di Semarang, di mana okupansinya menurun drastis.

Dampak Corona, Okupansi Hotel di Semarang Anjlok Ilustrasi tamu hotel di Semarang. (Dok. Solopos)

Semarangpos.com, SEMARANG – Merebaknya virus corona atau Covid-19 membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) menunda acara yang melibatkan kerumunan massa selama dua pekan. Kondisi ini ternyata memberikan dampak pada industri hotel, tak terkecuali di Semarang.

Banyak acara yang sudah dijadwalkan pun terpaksa ditunda atau dibatalkan. Hal ini membuat tingkat hunian atau okupansi hotel di Semarang pun anjlok hingga 50%.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, Heru Isnawan, mengatakan imbas kebijakan pemerintah terkait antisipasi penyebaran virus corona tersebut sangat terasa bagi pengusaha perhotelan.

“Di bulan-bulan ini seharusnya okupansi sudah bisa 30-40%. Mulai Senin [16/3/2020] kemarin, banyak event yang ditinjau kembali, terutama MICE [meetings, incentives, conferences, and exhibitions]. Ada yang dibatalkan, ada juga yang ditunda. Jadi, dari okupansi yang bisa 30-40%, anjlok jadi 10-20%. Penurunannya sampai 50%,” tutur Heru, Selasa (17/3/2020).

Sales Executive Citradream Hotel di Semarang, Vincet Litha, mengatakan okupansi di hotelnya turun hingga 30%. Bahkan, penundaan acara yang sudah dijadwalkan di hotelnya mayoritas dibatalkan.

“Semua event yang dijadwalkan sampai Mei, cancel semua. Ada dari travel Jatim, Jakarta, Jabar, dan tamu dari kapal pesiar juga dibatalkan. Booking dari online juga melemah, pemerintah apalagi, setop total. Pembatalannya last minute,” ujarnya.

Senada juga disampaikan Sales Manager Hotel Neo Semarang, Nuris Dwi Y. Nuris mengaku hotelnya semula sempat mendapat order event hingga mencapai Rp300 juta selama dua pekan ke depan. Namun, akibat wabah virus corona, banyak event yang dibatalkan.

“Sekarang harus refund dari online dan offline. Hari ini total refund saja sudah mencapai Rp15 juta,” tuturnya.

Akibat banyak order yang dibatalkan, PHRI Jateng pun meminta kepada pemerintah untuk memberikan sejumlah keringanan seperti pembayaran listrik dan pemotongan pajak hotel serta restauran.  Hal itu supaya cashflow perusahaan hotel dan restoran tetap terjaga.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.