Didi Kempot Meniti Karier dari Trotoar dan Mendapat Label Kempot

Perjuangan Didi Kempot meniti karier dari jalanan hingga akhirnya menjadi idola jutaan penggemar patut dicontoh kaum muda.

Didi Kempot Meniti Karier dari Trotoar dan Mendapat Label Kempot Didi Kempot. (Antara-Zabur Karuru)

Semarangpos.com, SOLO – Kisah sukses sang Maestro campursari Didi Kempot patut menjadi teladan musisi muda Tanah Air. Perjuangan Didi Kempot meniti karier dari jalanan hingga akhirnya menjadi idola jutaan penggemar patut dicontoh kaum muda.

Kini Didi Kempot telah meninggal dunia di RS Kasih Ibu Solo, Selasa (5/5/2020) pukul 07.45 WIB. Meninggalnya sang artis membuat para penggemar yang menamakan diri sebagai Sobat Ambyar semakin patah hati.

Namun begitu syair-syair lagu yang pernah dilantunkannya tak akan mudah lepas dari ingatan jutaan orang Indonesia dan manca negara,

Bansos Covid-19 Tak Boleh Ditempel Gambar Kepala Daerah

Dalam dua tahun terakhir nama Didi naik daun. Dia digandrungi kaum milenial yang kemudian dijuluki sebagai The Godfather of Broken Heart alias Bapak Patah Hati Nasional.

Julukan itu diberikan lantaran kepiawaiannya membawa pendengar larut dalam emosi ketika mendengar lantunan suara merdunya. Julukan The Godfather of Broken Heart tercetus saat Didi Kempot tampil di acara Bakdan Ing Balekambang di Taman Balekambang Solo, 9 Juni 2019.

Kemudian, gelar The Godfather of Broken Heart disahkan dalam Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal Solo Sad Bois Club, di Rumah Blogger Indonesia,15 Juni 2019.

Kisah Melegenda di Balik Rawa Pening…

Penyanyi bernama asli Dionisius Prasetya itu mulai karier pada 1984 sebagai pengamen. Bermodalkan ukulele dan gendang, penyanyi kondang Didi Kempot mulai mengamen di kota kelahirannya Solo, Jawa Tengah, selama tiga tahun (1984-1986).

Setelah menjalani kehidupannya sebagai pengamen di Solo, dia mengadu nasib ke Jogja. Didi Kempot menjadikan Malioboro sebagai tempat unjuk kebolehan.

Selama itu, Didi menyanyi lagu keroncong dangdut (congdut) yang kemudian dikenal masyarakat dengan musik campursari.

Konser Akbar “Ambyar Tak Jogeti 30 Tahun Lord Didi Kempot Berkarya” 14 November, Akankah Digelar?

Pada 1988 penyanyi campursari asal Solo tersebut mulai menginjakkan kaki di Jakarta. Dilansir Okezone, Didi Kempot kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya di daerah Slipi, Palmerah, Cakung, maupun Senen.

Mencoba Rekaman

Nah, saat itulah julukan Kempot yang merupakan kependekan dari kelompok pengamen trotoar terbentuk.

Sembari mengamen di Jakarta, Didi Kempot meniti karier. Bersama temannya mencoba rekaman. Kemudian, mereka menitipkan kaset rekaman ke beberapa studio musik di Jakarta.

ODP Corona di Purbalingga Bandel, Pemkab Siapkan Karantina Khusus

Setelah beberapa kali gagal, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio. Tepat di 1989, Didi mulai meluncurkan album pertamanya. Salah satu lagu andalan di album tersebut adalah Cidro.

Lagu Cidro diangkat dari kisah asmara Didi Kempot yang gagal. Jalinan asmara yang ia jalani bersama kekasih tidak disetujui oleh orang tua wanita tersebut. Itulah yang membuat lagu Cidro begitu menyentuh hingga membuat pendengar terbawa perasaan.

Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagi bertema patah hati. Perjalanan bermusik yang dilaluinya akhirnya membawa Didi Kempot di puncak kesuksesan. Namanya dielu-elukan jutaan penggemarnya. Dan, saat di puncak kejayaan ini Sang Pencipta memanggil Didi Kempot.

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.