Dinkes Jateng Bantah Rasio Kematian Pasien Virus Corona di Jateng Tertinggi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah (Jateng) membantah tingkat atau rasio kematian pasien positif virus corona di Jateng tertinggi se-Jawa.

Dinkes Jateng Bantah Rasio Kematian Pasien Virus Corona di Jateng Tertinggi Ilustrasi virus corona jenis baru atau covid-19. (Whisnupaksa-Semarangpos.com)

Semarangpos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) membantah rasio atau tingkat kematian pasien positif virus corona di wilayahnya tertinggi se-Jawa. Pemprov Jateng menilai tingkat kematian tersebut belum bisa dihitung menyusul belum seluruh kasus pasien positif virus corona ditemukan.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, dr. Yulianto Prabowo, melalui rekaman video, Kamis (9/4/2020). Yulianto mengatakan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) pasien virus corona di Jateng belum bisa dihitung karena belum semua kasus tercatat.

Case fatality rate itu perhitungan jumlah yang meninggal dibagi semua kasus Covid, kami [bisa jadi] 100%. Saat ini jumlah kematian 22. jumlah kasusnya secara pasti belum tahu,” kata Yulianto.

Ini Data Penyebaran Demam Berdarah di Jateng, Cilacap Terbanyak

Untuk menghitung rasio kematian, pihaknya mengaku terkendala tidak pastinya jumlah kasus positif Covid-19 yang sebenarnya di Jateng. Jumlah kasus positif virus corona di Jateng yang setiap hari dipublikasikan, katanya, tak bisa menjadi patokan karena hanya angka jumlah pasien di rumah sakit.

Sementara itu, ada banyak kasus positif virus corona yang tidak masuk ke rumah sakit, bahkan tanpa gejala dan tidak diketahui. Ada pula yang hanya mengalami gejala ringan sehingga tidak perlu dirawat di RS.

Gubernur Ganjar Bantah 11 Kasus Kematian Positif Virus Corona di Jateng Terjadi dalam Sehari

“Yang kita tahu, kasus Covid-19 yang berat dan dirawat di rumah sakit. Padahal yang asimtomatis [tanpa gejala] banyak, yang gejala ringan banyak, dan itu tidak perlu di RS. Cukup di rumah, itu banyak,” terang Yulianto.

Kasus asimtomatis

Dengan banyaknya kasus asimtomatis alias orang tanpa gejala (OTG) yang positif virus corona, Yuli mengatakan penghitungan rasio kematian di Jateng tidak mudah. Penghitungannya bukan dengan cara membagi jumlah pasien yang meninggal dunia dengan jumlah kasus pasien positif virus corona.

“Artinya, itu semua harus menjadi penghitungan dalam menghitung CFR. Jadi kalau hanya jumlah kasus kematian dibagi dengan jumlah kasus positif yang ada rumah sakit, ya tinggi. Ngitungnya bukan begitu, tapi dibagi seluuruh kasus yang ada di masyarakat,” jelasnya.

Ditolak Warga, Jenazah Perawat RSUP Kariadi Semarang Positif Corona Batal Dimakamkan Dekat Sang Ayah

Lalu kapan penghitungan rasio kematian kasus positif virus corona di Jateng bisa dilakukan? Yulianto mengatakan pentingnya dilakukan tes massal yang sementara ini baru rapid test. Padahal, rapid test selama ini diakui tidak akurat dan harus diulangi dua pekan setelah tes pertama.

“Nah ini yang kita selalu cari ya salah satunya dengan rapid diagnostic test itu. Jadi jangan terus dibandingkan jumlah kematian dan jumlah yang dirawat bukan begitu. Kalau itu pasti tinggi, di mana pun pasti tinggi. Jadi kita belum bisa menyimpulkan tinggi atau rendah,” kata dia.

Data pada 9 April menunjukkan jumlah kasus positif virus corona di Jateng mencapai 144 kasus dan yang meninggal 22 orang. Dengan demikian, rasio atau tingkat kematian positif corona di Jateng mencapai 15,3%. Rasio kematian ini lebih tinggi daripada DKI Jakarta (8,3%), Jawa Barat (10,6%), dan Jawa Timur (7,6%).

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.