Hujan Lebat Berpotensi Turun di Sebagian Besar Jateng

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan lebat berpotensi turun di sebagian besar wilayah Jateng.

Hujan Lebat Berpotensi Turun di Sebagian Besar Jateng Sirkulasi Eddy di atas wilayah Jawa Timur dan Bali serta pusat tekanan rendah di Samudra Hindia barat daya Jawa Barat mengakibatkan gangguan pola angin yang berpotensi memicu hujan lebat di Jawa Tengah sejak Senin (6/4/2020) hingga tiga hari ke depan. (Antara-BMKG)

Semarangpos.com, CILACAP — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan lebat berpotensi turun di sebagian besar wilayah Jateng —terutama yang berada di daerah pegunungan tengah— hingga dua atau tiga hari ke depan.

“Potensi hujan lebat ini akibat adanya gangguan pola angin di atas wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah,” kata analis cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendi Krisnawan di Cilacap, Jawa Tengah, Senin (6/4/2020).

Citra satelit Minggu (5/4/2020) pukul 19.00 WIB menunjukkan bahwa di atas wilayah Jawa Timur dan Bali terdapat sirkulasi Eddy. Sedangkan di Samudra Hindia barat daya Jawa Barat terdapat pusat tekanan rendah. Sirkulasi Eddy adalah sirkulasi di atmosfer berupa pusaran angin dengan durasi harian, dan biasanya jika suatu daerah terdapat Eddy maka cenderung banyak turun hujan.

120 Pohon Ditebang Gegara Jalan di Purwodadi Dilebarkan

Menurut dia, sirkulasi Eddy dan pusat tekanan rendah tersebut mengakibatkan gangguan pola angin. Gangguan itu berpotensi memicu terjadinya hujan lebat pada pagi hingga sore hari. Fenomena alam itu terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah.

“Biasanya kondisi seperti ini bertahan hingga tiga hari ke depan dan selanjutnya pola angin berubah lagi sehingga kondisi cuaca kembali seperti sebelumnya. Kendati demikian, potensi hujan lebat yang terjadi dalam tiga hari ke depan tidak seperti yang terjadi pada akhir pekan lalu,” katanya.

Hujan lebat yang terjadi pada akhir pekan sebelumnya, menurut dia, lebih dipengaruhi oleh Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berada di kuadran empat (Maritime Continent). Kondisi itu mengindikasikan kontribusi MJO terhadap aktivitas konvektif di Indonesia terutama di wilayah Indonesia bagian tengah.

Apindo Jateng Akui Puluhan Perusahaan Setop Produksi

“Dari pantauan kami, MJO sudah ke fase (kuadran) 6, sudah sampai Samudra Pasifik di sebelah timur Indonesia. Dengan demikian, MJO tersebut tidak lagi memengaruhi kondisi cuaca di wilayah Jawa Tengah,” katanya.

Masa Transisi

Rendi mengatakan sekarang wilayah Jawa Tengah sedang memasuki masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau, hujan ekstrem masih berpotensi terjadi.

Gaji Pemain PSIS Dipotong 75% Gara-Gara Covid-19

Dia mengimbau warga untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan ekstrem. Komdisi itu terutama jika cuaca pada pagi hari terlihat cerah namun ketika menjelang siang tampak mendung. “Jika terjadi cuaca seperti itu perlu diwaspadai kemungkinan adanya hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir,” katanya.

BMKG juga sudah menyampaikan mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi datangnya gelombang tinggi hingga 7 April 2020.

Gelombang di perairan selatan Jawa Barat maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi mencapai 2,5 m sampai 4 m. Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gelombang itu masuk kategori tinggi hingga kurun waktu itu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.