Ini Poin Penting Pidato Puan Saat Terima Gelar Doktor HC Undip Semarang

Semarangpos.com, SEMARANG – Ketua DPR Puan Maharani menerima anugerah gelar doktor honoris causa di bidang kebudayaan dan kebijakan pembangunan manusia dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Acara penganugerahan digelar di Gedung Prof. Sudharto, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jumat (14/2/2020).

Acara tersebut dihadiri sederet pejabat maupun politikus. Beberapa menteri Kabinet Jokowi Jilid 2 pun hadir dalam acara tersebut seperti Menkopolhukam, Mahfud M.D.; Menko Perekonomian, Airlangga Hartato; Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian; Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, hingga Menteri PAN-RB, Tjahjo Kumolo.

Puan datang ke Kampus Undip Semarang bersama ibunya yang juga Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri. Tak ketinggalan, suami Puan Maharani, Hapsoro Sukmonohadi, dan putranya turut hadir dalam acara pemberian gelar doktor kehormatan itu.

Puan Maharani juga berkesempatan memberikan orasi ilmiahnya. Ada tiga poin penting yang disampaikan cucu Presiden Pertama RI, Soekarno, itu dalam pidatonya.

Poin pertama adalah pentingnya menggunakan nilai-nilai kebudayaan dalam menghadapi perkembangan zaman di era revolusi industri 4.0. “Untuk menghadapi ancaman ini, menurut saya kita perlu melakukan reorientasi cara pandang dalam melihat dan memfungsikan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Puan.

Puan juga menegaskan pentingnya peran negara dalam menjamin terlaksananya pembangunan manusia Indonesia yang berkebudayaan Indonesia dan bukan berkebudayaan bangsa lain.

“Kebijakan negara harus diimplementasikan pada ranah praksis yang menyentuh sendi-sendi paling dasar dalam kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.

Rektor Undip Semarang, Prof. Dr. Yos Johan Utama, mengatakan Puan Maharani menjadi tokoh ke-13 yang dianugerahi doktor honoris causa oleh Undip selama 63 tahun terakhir.

Yos menilai Puan layak mendapat gelar doktor kehormatan itu mengingat pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan kebudayaan dan pembangunan manusia.

“Prosesnya enggak cepat. Awalnya ada rekomendasi dari IKA FIB, terus dinilai oleh tiga guru besar dan para dekan. Setelah itu diperiksa lagi oleh Senat Akademik, baru ke saya. Dan ternyata, ada satu intensitas yang membuat kami menyatakan beliau layak diberikan gelar doktor kehormatan di bidang kebudayaan,” terang Yos.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya