Janda Tua Penghuni Rumah Gedek di Sragen Ternyata Tak Mau Dibantu Anaknya

Mbah Sumiyem, 72, janda tua yang hidup di rumah berlantai tanah dan berdinding gedek di Sragen, ternyata tidak mau menerima bantuan dari anak-anaknya.

Janda Tua Penghuni Rumah Gedek di Sragen Ternyata Tak Mau Dibantu Anaknya Mbah Sumiyem, 72, di rumah berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu di Kampung Sidomulyo, RT 050/RW 015, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, Selasa (28/4/2020). (Semarangpos-Moh. Khodiq Duhri)

Semarangpos.com, SRAGEN — Mbah Sumiyem, 72, janda tua yang hidup di rumah berlantai tanah dan berdinding gedek di Sragen, ternyata tidak mau menerima bantuan dari anak-anaknya.

Hal itu terungkap dari pernyataan sang anak yang mengaku bukannya tidak mau membantu memperbaiki rumah Sumiyem, melainkan karena janda tua yang hidup sendirian itu tidak mau dibantu.

Semarang pos.com sebelumnya memberitakan Mbah Sumiyem janda lima anak itu tinggal sendiri di Kampung Sidomulyo RT 050/RW 015, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen.

Bayi Berusia 1 Bulan di Grobogan Positif Covid-19

Ami, anak kelima Sumiyem, menolak rumah ibunya di Sragen disebut gubuk reyot. Dia menilai rumah berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu itu masih layak ditinggali janda tua yang belum lama ini mendapat bantuan sembako dari Dinas Sosial Sragen itu.

Menurut Ami, dia bersama saudaranya sebetulnya sudah menawarkan supaya rumah janda berumur 72 tahun tersebut diperbaiki. Anak-anak Sumiyem juga menawarkan supaya janda tua Sragen itu tinggal bersama di rumah mereka yang lebih layak huni.

Namun begitu, Sumiyem selalu menolak tawaran anak-anaknya itu dengan alasan tidak ingin membebani mereka. “Bukan anak tidak mau memperbaiki, tapi simbok yang tidak mau rumahnya diperbaiki dengan alasannya sendiri,” jelas Ami kepada Semarangpos.com, Jumat (1/5/2020).

Terdampak Covid-19, 1.500 Pekerja Salatiga Di-PHK

Setiap pekan, Ami berusaha menyempatkan diri mengunjungi ibunya itu. Dia juga kerap memberi uang untuk mencukupi kebutuhan makan ibunya sehari-hari.

Bantuan Dihentikan

Dia mengakui, beberapa tahun silam, Sumiyem memang masih tercatat sebagai penerima beras untuk warga miskin (raskin) dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen.

Saat itu anak-anak Mbah Sumiyem belum bekerja seperti sekarang. Ami juga tidak tahu alasan mengapa bantuan raskin itu dihentikan.

Ganjar Pranowo Usulkan Pemotongan Gaji ASN, Ini Alasannya…

Ami menegaskan meski tidak lagi menerima bantuan beras dari pemerintah, kebutuhan ibunya sehari-hari sudah tercukupi.

“Memang simbok saya tidak pernah dapat bantuan. Tapi, bukan berarti dia butuh bantuan. Tidak dapat bantuan, bukan berarti kurang makan,” ujarnya.

Sebelumnya kepada Semarangpos.com, Sumiyem mengaku tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah selama beberapa waktu. Dia sempat merasa kesal karena bantuan beras yang rutin dia terima beberapa tahun lalu dihentikan dengan alasan yang tidak jelas.

Sosok Tak Kasat Mata Ungkap Sejarah Rumah Harta Karun Semarang

Selain diberi uang oleh anaknya, Sumiyem bersyukur banyak tetangganya yang ikut membantu mencukupi keperluan makan sehari-hari.

“Belum lama ini saya dapat bantuan beberapa telur dari tetangga. Biasanya saya masak dua butir telur untuk sekali makan,” ujar janda tua asal Sragen tersebut.

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.