Jateng Belum Ajukan PSBB, Ini Alasannya…
Pemprov Jawa Tengah (Jateng) belum berniat menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan persebaran virus corona atau Covid-19.
Semarangpos.com, SEMARANG — Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, belum berniat mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), guna mengatasi persebaran virus corona atau Covid-19.
Menurut Ganjar, saat ini pihaknya sedang menghitung secara teknis data kuantitatif jumlah persebaran virus corona. Hal itu dikarenakan dalam aturan pemerintah tidak disebutkan secara pasti berapa jumlah kasus yang membuat suatu daerah harus mengajukan PSBB.
Meski demikian, sejumlah upaya pembatasan fisik sudah diterapkan di Jateng sejak beberapa pekan terakhir. “Karena di dalam PSBB kan produk akhirnya sekolah tidak berjalan, dalam arti sekolahnya pindah ke rumah, sudah kita [Jateng] lakukan. Tidak usah berkantor, 70% sudah kita lakukan. Pembatasan transportasi, KA, sudah berkurang, bus juga. Hampir rata-rata semua sudah. Maka sekarang, kita lagi menghitung secara detail angkanya agar ada aturan turunan,” ujar Ganjar.
Jalankan Anjuran WHO, Jateng Canangkan Gerakan 35 Juta Masker
Ganjar menambahkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) memang tidak ada aturan kuantitatif terkait PSBB diterapkan. Praktis hanya ukuran kualitatif.
Maka seandainya terjadi peningkatan seperti mereka yang mengalami kesakitan, atau seandainya terjadi persebaran, maka yang jadi pertanyaan, kata ‘seandainya’ itu berapa.
Dalam peraturan itu hanya disebutkan jika terjadi peningkatan kasus atau persebaran, seperti berapa jumlah warga yang dinyatakan positif.
“Maka yang jadi pertanyaan apakah itu levelnya desa, apakah level kecamatan, atau kabupaten/kota, atau provinsi. Maka kita menyiapkan terus,” imbuh Ganjar.
Soal Lockdown, Gubernur Jateng Minta Kota Tegal Belajar dari Wonogiri
Saat ini, lanjut Ganjar, pihaknya terus mengendalikan kondisi yang terjadi di masyarakat, termasuk agar mereka tetap tidak mudik dan menggunakan masker.
Untuk menekan dampak ekonomi, dia berharap pabrik yang masih bisa berproduksi agar tidak libur. Seperti, sektor konfeksi yang bisa alih mode dengan menjahit lainnya, misalnya menjahit pakaian alat pelindung diri (APD), dan lainnya.
Wajib pakai masker
Namun, ia berharap pabrik memberlakukan pengaturan jam kerja, physical distancing terhadap karyawan yang masuk, hingga penggunaan masker.
“Kalau dulu berhimpitan duduknya, kini jaraknya direnggangkan, agar bisa menghindari potensi penularan, termasuk cuci tangan dan cek kesehatan,” jelasnya.
Ganjar juga menuturkan sejauh ini di Jateng juga belum ada klaster penularan virus. Sejumlah pasien positif virus corona di Jateng, klaternya justru berasal dari luar daerah seperti Jakarta, Bogor, dan luar negeri.
Wabah Virus Corona, 2.869 Buruh Jateng Kena PHK
Oleh karenanya, ia pun meminta seluruh pemudik yang pulang ke Jateng agar menjalani isolasi. “Ini wajib hukumnya. Model isolasi memang tidak bisa seragam, tapi enggak boleh enggak,” tutur Ganjar.
Untuk diketahui, hingga Selasa (7/4/2020) oagi sudah ada 132 kasus positif virus corona di Jateng. Dengan perincian, 96 kasus positif masih ditangani atau menjalani perawatan, 14 kasus sembuh, dan 22 kasus meninggal dunia. Sementara, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 15.062 kasus. Sedangkan, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 450 orang.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Kasus Korupsi Bank Jateng, Gubernur Diminta Bertindak
- Gubernur Jateng Ingatkan Pencegahan Gelombang Ketiga Covid-19
- Ganjar Digeruduk Aktivis Mahasiswa di Papua, Diajak Diskusi
- 3 Siswa di Madiun Tidak Diperkenankan Ikut PTM
- Muncul Klaster PTM di Purbalingga, Gubernur Ganjar Minta Sekolah Jateng Lakukan Random Test
- Pemerintah Izinkan Anak 12 Tahun Masuk Mal, Ini Pesan Ganjar ke Orang Tua
- PDGI Catat Ada 40 Dokter Gigi di Semarang Terpapar Covid-19 Selama Pandemi
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.