Kasus Demam Berdarah di Jateng Tinggi, 40 Warga Jadi Korban

Ancaman penyakit demam berdarah di Jateng sangat merisaukan, di mana selama Januari-Maret sudah ditemukan 2.115 kasus, dengan korban jiwa 40 orang

Kasus Demam Berdarah di Jateng Tinggi, 40 Warga Jadi Korban Ilustrasi nyamuk pembawa penyakit demam berdarah. (Freepik)

Semarangpos.com, SEMARANG — Selain wabah virus corona, kesehatan masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) juga dihantui berbagai ancaman penyakit. Salah satunya adalah penyakit demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD).

Bahkan, angka kematian yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypty itu lebih tinggi dibanding Covid-19. Data yang diterima Semarangpos.com dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng menyebutkan selama Januari-Maret 2020, sudah ada 40 orang yang meninggal akibat demam berdarah.

Angka tersebut nyaris dua kali lipat jika dibandingkan jumlah kematian yang disebabkan virus corona di Jateng, yakni 22 orang.

Sementara itu, jumlah kasus demam berdarah yang ditemukan di Jateng dalam tiga bulan terakhir mencapai 2.115, atau 10 kali lipat lebih banyak dibanding kasus positif virus corona yang mencapai 144 kasus.

Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo, menyebutkan kasus DBD terbilang cukup tinggi. Dari 2.115 kasus yang ditemukan itu persebarannya hampir merata di 35 kabupaten/kota di Jateng.

“Kasus paling banyak ditemukan di Cilacap yakni 216, dengan jumlah meninggal dunia 3 orang. Lalu, Kota Semarang dengan 154 kasus dan kematian 2 orang. Disusul Jepara dengan 136 kasus, meninggal 1 orang,” ujar Yulianto melalui rekaman video kepada wartawan di Semarang, Kamis (10/4/2020) malam.

Yulianto menambahkan meski kasus DBD ditemukan paling banyak di Cilacap, angka kematian paling tinggi justru terjadi di Banjarnegara. Di Kabupaten Banjarnegara, jumlah warga yang terserang DBD mencapai 62 orang, di mana 3 di antaranya mengalami kematian.

Daerah endemis

Lalu, Banyumas dengan 132 kasus, di mana tiga orang di antaranya meninggal dunia. Klaten dengan 131 kasus dan 3 meninggal dunia, Kebumen 124 kasus dengan jumlah kematian 4 orang, Purbalingga 99 kasus dengan angka kematian 2 orang, dan Brebes dengan 87 kasus, meninggal 2 orang.

“Kasus demam berdarah di Jateng ini memang selalu terjadi. Apalagi kita ini hidup di negara tropis, yang menjadi endemis demam berdarah,” imbuhnya.

Yulianto pun meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dari ancaman penyakit demam berdarah. Masyarakat diminta untuk terus melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dengan memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungannya.

“Maka dari itu perlu dibentuk Jumantik atau juru pemantau jentik. Jumantik ini yang bertugas memantau adanya jentik-jentik nyamuk baik di permukiman, sekolah, perkantoran, dan lain-lain. Kalau ditemukan, segera musnahkan,” tutur Yulianto.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.