Kata Gadis Indigo Benteng Pendem Ambarawa Penuh Tangisan Pilu

Fort Willem I yang sering disebut Benteng Pendem Ambarawa, Kabuoaten Semarang, Jawa Tengah didatangi dua gadis indigo, Frislly Herlind dan Tasha Siahaan.

Kata Gadis Indigo Benteng Pendem Ambarawa Penuh Tangisan Pilu Youtuber Billy Christian dan timnya mengunjungi Fort Willem I atau Benteng Pendem Ambarawa, Jawa Tengah. (Instagram—tashasiahaan)

Semarangpos.com, UNGARAN — Fort Willem I menjadi salah satu peninggalan era kolonial Belanda yang membuat dua gadis indigo merasa ngeri. Pasalnya benteng yang sering disebut Benteng Pendem Ambarawa, Kabuoaten Semarang, Jawa Tengah itu penuh dengan tangisan pilu para korban penjajahan.

Frislly Herlind dan Tasha Siahaan adalah dua gadis indigo yang memiliki kemampuan supranatural. Mereka berdua melakukan penelusuran bersama youtuber sekaligus sutradara Billy Christian di Fort Willem I.

Sebagai informasi, benteng pendem Ambarawa dibangun oleh Belanda pada tahun 1834 dan selesai pada tahun 1845. Lucunya benteng tersebut tidak memiliki parit dan tembok untuk tempat meriam, melainkan penuh dengan jendela dan pintu.

Asrama Haji Donohudan Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Jateng

Pada masa penjajahan Jepang, Fort Willem I menjadi kamp militer para tentaranya. Saat ini benteng pendem dimanfaatkan menjadi Lapas Kelas II A. Namun, pengunjung masih bisa merasakan euforia peninggalan Belanda tersebut di sisi utara.

Ekspedisi dua gadis indigo bersama Billy Christian terekam dalam sebuah vlog berjudul Benteng Pendem Ambarawa: IndigoTalk Travel Frislly Tasha Billy.

Dalam rekaman video terlihat ekspresi dua gadis indigo seperti tidak nyaman saat memasuki kawasan benteng pendem. Tasha beberapa kali terlihat menutup hidung dengan alasan bau anyir yang sangat menyengat.

Pandemi Corona, Tempat Karaoke di Bandungan Tetap Buka

“Fungsi tempat ini sebagai tahanan, penjajah kita akan menaruh orang yang memberontak mereka kan? Kenapa kok bisa angker, karena di sini sering dilakukan pembantaian secara sadis dan tidak dimakamkan dengan layak,” jelas Frislly sambil berjalan.

Frislly seperti melihat kejadian masa lalu Fort Willem I. Mereka berdua langsung menuju sebuah pintu yang sudah berkarat dengan dua buah gembok. Saat menyentuh pintu tersebut, Frislly seakan-akan bisa melihat salah seorang korban penindasan zaman Belanda.

Tangan-Kaki Diborgol

Ia menjelaskan jika korban tersebut adalah seorang lelaki berusia sekitar 36 tahun atau 37 tahun. Sosok itu tidak memakai pakaian hanya sebuah kain untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Bapak-bapaknya itu meninggal dengan tangan dan kaki diborgol, dia juga enggak dikasih makan. Terus sama si Belanda punggungnya diberi kail kayak orang mancing jadi punggungnya itu luka semua,” ungkapnya pada Billy seperti yang terpantau Semarangpos.com, Selasa (24/3/2020).

UN 2020 Dihapus, Siswa SMK Jateng Sudah Mangkir Ujian Duluan

Menurut Frislly, korban tersebut tetap berteriak “Indonesia menang!” saat ia disiksa. Karena si Belanda dalam keadaan mabuk, ia memukul kepala korban dengan sebuah botol.

“Terus dia diseret sampai ujung sana dan dipenggal kepalanya. Soalnya daritadi aku dengar dia teriak minta tolong,” paparnya kasihan dengan korban.

Berbeda lagi dengan Tasha, ia mengungkapkan jika ia merasa mual karena bau amis seperti darah. “Kayaknya dari penjara dari arah belakang, sama suara teriak-teriak minta tolong gitu,” tambahnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.