Keren! Ritual Sembelih Manusia Bekakak Masih Ada di Ungaran Semarang

Ritual atau upacara adat penyembelihan manusia bekakak masih dijalankan di Dusun Cemanggal, Desa Wisata Munding, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang.

Keren! Ritual Sembelih Manusia Bekakak Masih Ada di Ungaran Semarang Seorang warga tengah memotong replika manusia dalam upacara penyembelihan manusia bekakak di Dusun Cemanggal, Desa Wisata Munding, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (7/2/2021). (Semarangpos.com-Pokdarwis Desa Wisata Munding)

Semarangpos.com, UNGARAN – Ritual penyembelihan manusia bekakak merupakan tradisi Jawa yang saat ini mulai ditinggalkan. Meski demikian, rupanya tradisi ini masih dipertahankan masyarakat di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Adalah warga Dusun Cemanggal, Desa Munding, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, yang masih mempertahankan tradisi ini.

Bahkan, warga di dusun yang dianggap kampung tua atau wingit di Gunung Ungaran itu baru-baru ini menggelar upacara penyembelihan manusia bekakak, Sabtu (6/2/2021).

Baca juga: Kenapa Ada Tradisi Iriban di Desa Lerep Ungaran?

Tradisi penyembelihan manusia bekakak ini digelar setiap tahun sekali sebagai rangkaian kagiatan kadeso atau ruwatan desa.

Ruwatan desa ini digelar sebagai bentuk syukur warga atas segala karunia yang diberikan Sang Pencipta sekaligus memohon dijauhkan dari segala macam bencana.

Sebelum acara dimulai, seluruh warga Dusun Cemanggal berkumpul bersama menyiapkan segala macam masakan dan kebutuhan yang digunakan dalam upacara penyembelihan manusia bekakak.

Setelah seluruh kebutuhan itu siap, warga langsung menggelar kirab menuju ke Curug Dawang yang terletak di Gunung Ungaran. Curung Dawang dipercaya sebagai sumber mata air yang kramat.

Kepala Dusun Cemangal, Juwanto, mengatakan bekakak merupakan simbol dari upacara adat warganya. Manusia bekakak merupakan replika manusia yang terbuat dari wajik ketan.

Replika itu berbentuk manusia laki-laki. Di dalam replika manusia itu juga terdapat juroh dari air tape singkong yang dicampur gula aren sehingga menyerupai darah.

“Manusia bekakak itu kemudian ditaruh pada tampah besar dan dibawa ke Curug Dawang. Selanjutnya, akan dilakukan prosesi upacara adat berupa penyembelihan manusia bekakak itu,” ujar Juwanto dalam keterangan resmi, Sabtu (6/2/2021).

Abad ke-16

Dusun Cemanggal di Ungaran, Kabupaten Semarang tempat digelarnya ritual penyembelihan manusia bekakak. (Semarangpos.com-Pokdarwis Desa Munding)

Juwanto menuturkan konon dahulu kala ritual dilakukan dengan menyembelih manusia dan bukan replika bekakak. Namun sekitar abad ke-16, ritual penyembelihan mulai diganti dengan bekakak yang terbuat dari wajik ketan.

“Bekakak dahulu merupakan manusia yang dipersembahkan untuk disembelih setiap tahun sebagai bentuk bakti kehidupan kepada Tuhan yang sudah memberi kehidupan berikut alam dan isinya. Tetapi setelah melalui proses dan ritual panjang, sekitar abad ke-16 manusia bekakak yang disembelih diganti dengan wajik ketan lengkap dengan juroh yang menyerupai darah. Jadi ketika disembelih akan keluar cairan juroh,” tutur Juwanto.

Baca juga: Unik, Pasar di Temanggung Gelar Kontes Sangrai Kopi Tradisional

Koordinator Pokdarwis Desa Wisata Munding, Nukhan Dzu Khalimun, mengatakan upacara atau ritual penyembelihan manusia bekakak di Dusun Cemanggal Ungaran digelar di tengah pandemi. Meski demikian, upacara itu digelar dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Kami menyadari benar kondisi saat ini. Ada banyak pertimbangan kenapa ritual ini harus tetap dijalankan. Meski demikian, kita tetap menerapkan protokol kesehatan, salah satunya dengan membatasi jumlah peserta menjadi 25% dari total warga Cemanggal,” ujar Nukhan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.