Kisah Daryono, Satu-Satunya Guru Agama Buddha Sekolah Negeri di Semarang
Daryono merupakan satu-satunya guru agama Buddha yang mengajar di sekolah negeri di Kota Semarang, baik SD, SMP, maupun SMA.
Semarangpos.com, SEMARANG – Dedikasi tinggi sebagai seorang pendidik atau guru ditunjukkan seorang Daryono, 38, warga Desa Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai guru pendidikan agama Buddha itu rela meninggalkan Bali, demi mengajarkan ilmunya di Kota Semarang.
Padahal, kala itu karier Daryono di Bali tengah moncer. Pun demikian dengan karier istrinya sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi di Bali.
Ini Kisah Inspiratif Mengejutkan Driver Gojek Semarang dengan Jam Kerja Tak Lumrah
Meski demikian, Daryono rela meninggalkan semua itu. Pria kelahiran Kudus itu memutuskan untuk hijrah menyusul minimnya guru agama Buddha di Semarang.
“Awalnya dapat kabar dari teman istri yang jadi guru agama Buddha di Semarang. Dia bilang mau pensiun, tapi enggak ada pengganti. Mendengar itu, saya langsung mengajukan pindah ke Semarang,” tutur Daryono saat berbincang dengan Semarangpos.com di rumahnya, Jumat (28/8/2020).
Daryono mengatakan dirinya mengajar guru agama Buddha di Bali sejak 2004 silam. Lalu, ia mengajukan pindah ke Semarang pada 2014 lalu.
Pada tahun 2015, pengajuannya untuk pindah pun disetujui. Ia pun akhirnya hijrah dan hingga kini tercatat sebagai satu-satunya guru agama Buddha berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di Kota Semarang.
14 Sekolah
Menjadi satu-satunya guru agama Buddha yang berstatus PNS, Daryono pun harus rela mengajar di seluruh sekolah negeri di Semarang yang memiliki siswa penganut agama Buddha.
Total ia harus mengajar di 14 sekolah di Kota Semarang mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA).
Kisah Jumeri, Mantan Kepala SMKN 1 Bawen yang Jadi Dirjen di Kemendikbud
Padahal jarak antarsekolah tersebut cukup berjauhan. Selain itu, jumlah siswa yang diajar pun sangat minim. Bahkan, tak jarang di satu sekolah, alumnus Universitas Udayana (Unud) Denpasar itu hanya mengajar satu siswa.
“Dari 14 sekolah itu, muridnya sangat sedikit. Sekitar 20 orang. Beda saat di Bali, yang diajar bisa sampai ratusan siswa,” ujar bapak tiga orang anak itu.
Meski hanya mengajar satu murid, Daryono mengaku tak keberatan. Ia mengaku semua itu dijalani karena rasa tanggung jawab sebagai seorang guru atau tenaga pengajar.
“UU [undang-undang] sudah menginstruksikan ke kita. Walau satu murid, kita wajib memberikan hak mereka di bidang pendidikan,” katanya.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Percepat Digitalisasi Pendidikan, Pengguna “Pijar Sekolah” Bertambah 1.000 Sekolah dari Tahun Sebelumnya
- Upaya Tingkatkan Pendidikan, Semen Gresik Gelar SG Goes To School di 11 SD di Rembang dan Blora
- Tingkatkan Kualitas SDM dan Mutu Akademik, Upitra Solo Gelar Pelatihan Dosen
- Dorong Daya Saing Generasi Muda, Telkom Hadirkan Digitalisasi Pendidikan di Tarutung
- Ratusan Ribu Guru Agama Jateng Terima Insentif Rp254 Miliar
- Pamer Naik Taksi Online di Hari Transportasi Umum, Wali Kota Semarang Tuai Kritik
- SKB 4 Menteri Izinkan PAUD Gelar Tatap Muka, Ganjar: Yang Penting Vaksin Dulu
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.