Kisah Unik di Balik Batik Ratu Ratih

Batik ratu ratih merupakan salah satu batik klasik yang berkembang di Solo dan dipakai saat pelantikan Pakubuwana VI sebagai raja.

Kisah Unik di Balik Batik Ratu Ratih Batik Ratu Ratih diambil dari laman Ini Baru, Rabu (29/7/2020). (inibaru.id)

Semarangpos.com, SOLO — Batik ratu ratih merupakan salah satu jenis batik klasik yang berkembang di Solo. Batik yang dipakai dalam pelantikan Pakubuwana VI sebagai raja ini memiliki kisah unik lo…

Kota Solo seakan tidak bisa terlepas dari batik. Solo merupakan salah satu kota yang identik dengan batik klasik. Batik klasik sering juga disebut sebagai batik pedalaman.

Sejarah batik pedalaman dimulai sejak masa Kesultanan Mataram. Batik ini merupakan batik yang berkembang di lingkungan keraton.

Banjir Baru Klinting Wujudkan Rawa Pening

Semenjak Kesultanan Mataram terpecah menjadi dua wilayah, yakni Surakarta dan Yogyakarta, batik pedalaman tetap berkembang. Perkebangannya sesuai dengan wilayah kekuasaan masing-masing.

Batik ratu ratih merupakan salah satu dari banyaknya batik klasik yang berkembang di Solo. Terdapat kisah unik di balik pembuatan batik ini.

Batik ratu ratih sebenarnya diambil dari kata ratu dan patih. Batik ini memiliki makna tunjung putih yang artinya ratu jinunjung patih alias ratu yang dijunjung oleh patih. Seorang ratu atau pemimpin yang diemban oleh patih sebab usia pemimpin yang masih muda.

Si Kancil Kelabuhi Para Buaya Seberangi Sungai

Batik jenis ini merupakan batik yang khusus dipakai oleh Sultan Pakubuwana VI. Batik ini digunakan saat penobatannya sebagai raja.

Cerita dimulai saat Sultan Pakubuwana VI diangkat sebagai raja. Pakubuwana VI memiliki nama asli Raden Mas Sapardan. Dirinya merupakan putra dari Sultan Pakubuwana V, Raden Mas Sugandi.

10 Hari Setelah Kematian

Kala itu pada tahun 1823 dirinya dinobatkan sebagai raja Kasunanan Surakarta. Dirinya dilantik saat berusia 16 tahun. Penobatannya sebagai raja hanya berjarak 10 hari dari kematian sang ayah.

Inilah Beberapa Cerita Seram di Undip Semarang

Karena usianya yang masih belia, Pakubuwana VI dilantik dengan pendampingan seorang patih.  Hal inilah yang menjadi dasar penamaan batik ratu ratih yang dipakainya saat itu.

Batik dengan corak cincin berlian berkilauan ini memiliki banyak makna. Cincin ini dikaitkan dengan kemuliaan, keagungan, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Saat ini tidak ada aturan baku mengenai pemakaian batik ratu ratih. Batik ini sekarang dapat digunakan oleh semua golongan, dan banyak digunakan saat acara perjamuan makan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.