Korban Meninggal Helikopter MI-17 di Kendal Tinggalkan Bayi Usia 4 Bulan

Helikopter MI-17 milik TNI-AD yang jatuh di Kawasan Industri Kendal (KIK) mengakibatkan empat perwira TNI meninggal dunia.

Korban Meninggal Helikopter MI-17 di Kendal Tinggalkan Bayi Usia 4 Bulan Rumah duka salah seorang korban meninggal helikopter MI-17 yang jatuh di Kalipancur, Kota Semarang, Minggu (7/6/2020). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Semarangpos.com, SEMARANG – Satu dari empat korban meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter TNI MI-17 yang jatuh, Lettu Cpn Wisnu Tri Aruni, 29, meninggalkan seorang anak perempuan yang masih berusia 4 bulan.

Wisnu merupakan satu dari empat perwira TNI yang) meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter MI-17 di Kawasan Industri Kendal (KIK), Sabtu (6/6/2020).

Almarhum yang berasal dari Tambakaji, Kota Semarang, menikah dengan Yuanita Rahmawati, yang berprofesi sebagai dokter.

Pasangan ini pun baru dikarunia seorang bayi perempuan yang cantik, yang masih berusia 4 bulan. Mereka selama ini tinggal di rumah orang tua Yuanita di Jl. Gatot Subrotor RT 002/RW 006 Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang.

Rumah di Jl. Gatot Subroto, Kalipancur itu pun sejak Minggu (7/6/2020) pagi telah dibanjiri belasan karangan bunga bertuliskan ucapan belasungkawa.

Ratusan pelayat juga hadir di rumah duka itu, termasuk Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Mualim.

Mertua almarhum yang juga Lurah Kalipancur, Indri Astuti, mengaku selama ini Wisnu tinggal di rumahnya bersama istri dan anak perempuannya yang masih berusia empat bulan.

Istri Wisnu yang juga putri semata wayang Indri, Yuanita Rahmawati, bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit di Kota Semarang.

Sebelum kecelakaan itu, Indri tidak memiliki firasat apa pun terhadap menantunya itu.

“Kali terakhir ketemu almarhum Rabu [3/6/2020]. Kalau firasat enggak ada, hanya saja dia memperlihatkan sikap yang tidak seperti biasa,” ujar Indri kepada wartawan di rumah duka, Minggu.

Nyeleneh

Indri mengaku sikap berbeda itu ditunjukkan almarhum beberapa hari terakhir. Jika biasanya, almarhum suka bercanda, bersemangat, beberapa hari terakhir justru menunjukkan sikap berbeda.

“Dia suka nyeleneh, sering lupa dan linglung. Ia juga sering mengeluh capek,” imbuhnya.

Indri tak menyangka jika musibah helikopter jatuh itu bisa menimpa menantunya. Setahunya, menantunya memang tengah menempuh pendidikan di Pusat Pendidikan Penerbang Angkatan Darat (Penerbad) Semarang untuk menjadi pilot.

“Pendidikan ditempuh selama 18 bulan. Ini masih 6 bulan,” ucapnya.

Indri mengaku kebiasaan almarhum yang paling diingat adalah rajin menjaga kesehatan dan berolahraga. Dia suka sekali olahraga mulai dari voli, lari, dan olahraga lain.

“Dia juga dikenal pendiam, kalau enggak ditanya tak mau ngomong. Namun, dari sifat pendiam itu dia sosok menangtu yang luar biasa,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.