Pemprov Jateng Serukan “Setop Daging Segawon”

Pemprov Jawa Tengah tak henti-henti menekan konsumsi daging anjing dengan Kampanye “Setop Daging Segawon”kepada warga.

Pemprov Jateng Serukan “Setop Daging Segawon” Kampanye menolak konsumsi daging anjing dan kucing. (Antara-Zabur Karuru)

Semarangpos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah tak henti-henti berupaya menekan konsumsi daging anjing. Kampanye “Setop Daging Segawon” pun diserukan kepada warga Jateng.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Jawa Tengah kembali menegaskan konsumsi daging anjing rentan menyebarkan penyakit rabies. Selain itu, proses penyembelihan satwa itu juga dianggap menyiksa.

Kepala Disnakkeswan Jateng Lalu M. Syafriadi mengatakan sejak 1996 provinsi ini sudah mendeklarasikan bebas dari penyakit rabies. Untuk mencegah rabies, tahun ini Disnakkeswan Jateng menyediakan 8.000 dosis vaksin rabies.

Gubenur Jateng Medhot Janji Bareng Tukul Arwana

Di sisi lain, kampanye menolak makan daging anjing, bertema “Setop Daging Segawon” tak henti-henti digemakan di provinsi ini. Di sadari kebiasaan makan daging anjing bukan hal mudah dipupuskan.

Kasus rabies di Jateng menurut Lalu cenderung menurun pada tahun 2019. Penurunan itu didapatkan jika penularan kasus rabies dibandingkan dengan dua tahun lalu.

Gigitan Negatif Rabies

Sebagai contoh, pihaknya mencatat 2017 ada 152 kasus. Angka itu diakuinya meningkat pada 2018 dengan 249 kasus. Namun, pada 2019 dilaporkan 110 kasus.

Hotel 21 di Pati Pekerjakan Pemandu Karaoke 17 Tahun

Sementara total populasi anjing, kucing dan kera di Jateng mencapai 354.412 ekor. “Dari kasus gigitan anjing tersebut semuanya dinyatakan negatif rabies,” jelas Lalu, Jumat (28/2/2020).

Lalu menjelaskan di Jateng ada beberapa daerah yang memiliki tingkat konsumsi daging anjing yang tinggi. Di Solo misalnya, pihaknya masih menemukan adanya olahan daging anjing, meski pemerintah sudah berupaya melakukan penghentian.

“Namun, olahan segawon [daging anjing] bagi sebagian orang menjadi kultur. Alasannya, dagingnya lebih murah dan menurut mereka rasanya enak. Kami sudah berupaya melakukan penyetopan terhadap rantai distribusi, tapi banyak ‘jalan tikus’ yang digunakan untuk masuk,” paparnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.