Wali Kota Semarang Rayakan Cap Go Meh Bareng Rasa Dharma

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi hadir dalam perayaan cap go meh dan HUT ke-144 Rasa Dharma di Semarang.

Wali Kota Semarang Rayakan Cap Go Meh Bareng Rasa Dharma Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama anggota Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong di Gedung Rasa Dharma, Minggu (9/2/2020). (Instagram-@semarangpemkot)

Semarangpos.com, SEMARANG — Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menghadiri perayaan cap go meh dan HUT ke-144 Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong di Gedung Rasa Dharma, Gang Pinggir, Kawasan Pecinan Semarang, Minggu (9/2/2020).

Cap go meh adalah hari ke-15 Tahun Baru Imlerk dan hari terakhir perayaan sincia. Hari penting bagi bagi warga Tionghoa di seluruh dunia itu menjadi hari kelahiran Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong yang bermarkas di Gedung Rasa Dharma.

Di hari jadinya itu, Boen Hian Tong menggelar bakti sosial. Selain bakti sosial, para anggota dan masyarakat Kota Semarang mengikuti perayaan yang dilakukan di Gang Pinggir, tepatnya di Gedung Rasa Dharma.

Jelang Puteri Indonesia 2020, Jihane Almira Temui Ganjar Pranowo

Mulai pembagian sembako gratis, jamuan Tuk Panjang, lontong cap go meh, pengobatan gratis, sampai pijat refleksi dan pijat akupunktur meramaikan perayaan kali ini. Hendi—sapaan akrab Hendrar Prihadi—mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih karena peringatan itu tanpa membedak-bedakan warga Kota Semarang.

Rangkaian acara itu terpantau Semarangpos.com melalui unggahan di Instagram milik Pemkot Semarang @semarangpemkot.

Gedung Tertua

Gedung Rasa Dharma yang digunakan Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong untuk acara tersebut diyakini sebagai gedung tertua di Kota Semarang. Tempat berkumpulnya warga Tionghoa ini berdiri sejak 1876.

“Apa yang dilakukan paguyuban sosial Rasa Dharma ini perlu diapresiasi dan ditiru oleh organisasi sosial lainnya,” ungkap Wali Kota Semarang.

3 Pelajar MAN 1 Kudus Catat Prestasi di Thailand dengan Beras Analog

Kehadiran Hendi di perayaan cap go meh kali ini diawali dengan mendatangi sinci almarhum K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berada di altar tempat sembahyang. Sinci adalah papan yang terbuat dari kayu berisi nama orang yang sudah meninggal untuk didoakan.

Sinci Gus Dur sudah ada sejak tahun 2014, sebagai bentuk penghormatan kepada Gus Dur karena ia dianggap menghilangkan diskriminasi. Salah satu buktinya adalah dengan adanya perayaan Tahun Baru Imlek secara terbuka.

Hendi menganggap kegiatan bakti sosial ini mampu membantu memaksimalkan Semarang menjadi lebih baik lagi. (Dhina Cantya/Semarangpos.com)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.