Hadapi Omicron, Epidemiologi: Lansia Butuh Vaksinasi Booster

Lansia dengan komorbid, meski sudah vaksinasi masih rentan mengalami pemburukan saat terinfeksi Omicron untuk itu butuh Booster.

Hadapi Omicron, Epidemiologi: Lansia Butuh Vaksinasi Booster Ilustrasi vaksinasi Covid-19 bagi lansia. (Semarangpos.com-M. Aris Munandar)

Semarangpos.com, JOGJA — Masuknya varian Covid-19 Omicron di Indonesia harus diantisipasi penyebarannya. Selain menggalakkan protokol kesehatan dan gerakan 3T (tracing, testing dan treatmen), vaksinasi lansia harus menjadi fokus pemerintah. Sebab, orang lanjut usia (lansia) sangat rentan mengalami pemburukan saat terinveksi Omicron.

Ahli epidemiologi FKKMK UGM, Bayu Satria Wiratama, mengatakan sejatinya Omicron hampir sama dengan varian Covid-19 Delta. Oleh karena itu, pemerintah harus belajar dari kasus Delta yang sempat meledak.

Bayu melihat, Delta meledak karena ketidaksiapan dalam hal vaksinasi dan gerakan 3T. Utamanya dalam hal tracing serta ketersediaan selter isolasi terpusat (isoter).

Baca juga: 25.000 Anak di Kulonprogo Dijadwalkan Ikut Vaksinasi Covid-19

Oleh karena itu vaksinasi terhadap kelompok rentan, utamanya para lansia dengan riwayat komorbid menjadi hal utama. Sebab, untuk lansia dengan komorbid, meski telah divaksin juga masih rentan mengalami pemburukan saat terinfeksi Omicron.

“Untuk itu, jika mereka mau diberikan booster, jangan untuk masyarakat umum. Tetapi untuk mereka yang lansia dan yang punya komirbid,” kata Bayu, Jumat (17/12).

Bayu mengungkapkan capaian vaksinasi lansia baru mencapai 80,23 persen dosis pertama dan 68,71 persen untuk dosis kedua. Maka sebaiknya pemerintah menuntaskan capaian vaksin tersebut mendekati 100 persen. “Setelah itu harus ada booster khusus untuk lansia yang punya komorbid,” harapnya.

Selain itu pemerintah, kata Bayu harus belajar dari kasus Delta yang meledak. Di mana saat itu, pemerintah dinilainya telat melakukan antisipasi utamanya dalam gerakan 3T. Gerakan 3T harus digenjarkan, disamping gerakan itu harus mampu mencari tahu asal dari Omicron yang menginfeksi seseorang.

“Supaya tahu apakah sudah ada transmisi lokal atau memang murni kasus impor dan belum ada transmisi lokal,” jelasnya.

Baca juga: Pekerja Rumah Tangga di Jogja Desak RUU PPRT Disahkan

Vaksinasi Booster Untuk Lansia

Bayu juga meminta kepada pemerintah agar benar-benar melakukan pengecekan terhadap orang yang bepergian selama libur Natal dan Tahun Baru 2022. Persyaratan hatus vaksin dua kali dan swab antigen maksimal 24 jam harus diterapkan untuk mencegah penularan Omicron saat libur Nataru.

“Testingnya juga harus diperkuat. Kemudian yang penting treatmentnya kalau ada yang sakit,” papar Bayu.

Menurut Bayu, meledaknya Delta tidak lepas dari lemahnya treatmen. Di mana banyak yang melakukan isolasi mandiri. Padahal, Omicron lebih cepat menyebar daripada varian Delta.

“Jadi begitu ada yang sakit ya harus semuanya menjalani isolasi terpusat. Rumah sakit jhga harus disiapkan dan pemantauan terhadap mobilitas masyarakat juga tidak boleh lengah,” paparnya.

Baca juga: Penyelundupan Sabu-Sabu Digagalkan Petugas Lapas Semarang

Kepada masyarakat, Bayu mengingatkan agar tetap menerapkan prokes yang ketat. Sebab, meski telah divaksin, tidak ada jaminan seseorang terbebas dari infeksi Omicron.

“Apalagi dalam situasi mobilitas tinggi akhir tahun ini. Masker harus terus digunakan oleh masyarakat. Begitu juga pengaturan suhu dan penerapan aplikasi PeduliLindungi harus dimaksimalkan,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Tim Percepatan Vaksinasi DIY Sumadi mengatakan menampung saran dari ahli epidemiologi FKKMK UGM, Bayu Satria Wiratama terkait dengan pemberian booster kepada kelompok lansia. Hanya saja, sampai saat ini, belum ada perintah dari pemerintah pusat untuk memberikan dosis ketiga kepada para lansia.

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.