Peserta Borobudur Marathon 2019 Berlari, Masyarakat Menari di Tepi Jalan

Masyarakat Kabupaten Magelang menyuguhkan pertunjukan kesenian di tepian jalan yang dilalui peserta Borobudur Marathon 2019. Perpaduan olahraga dan pariwisata lekat tercermin di sana.

Peserta Borobudur Marathon 2019 Berlari, Masyarakat Menari di Tepi Jalan Tarian Kirana Kirani disuguhkan kepada para pelari Borobudur Marathon 2019 di kawasan Taman Lumbini, Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/11/2019). (Antara-Heru Suyitno)

Semarangpos.com, MUNGKID – Event Borobudur Marathon 2019 total melibatkan masyarakat sekitar. Tatkala para peserta berlari melintasi kawasan sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/11/2019), masyarakat sekitar menyuguhkan pertunjukan kesenian di tepian jalan.

Penari Kinara-Kinari terdokumentasikan Kantor Berita Antara melenggak-lenggok menirukan gerak makhluk mitologis itu di pinggir jalan yang dilintasi para peserta Borobudur Marathon 2019. Sejumlah atraksi kesenian mereka gelar di tempat itu.

Selain di sepanjang jalur marathon, suguhan kesenian bagi para pelari juga dilakukan di garis start, kawasan Taman Lumbini, Candi Borobudur oleh Sanggar Kirana Kirani Borobudur. Ketua Sanggar Kirana Kirani Eko Sunyoto mengatakan pada penyambutan para pelari tersebut ditampilkan perpaduan tari soreng dengan topeng ireng, serta tari kinara kinari.

“Pada penyambutan para pelari kali ini kami menampilkan 28 penari,” sebutnya.

Ia menambahkan baru kali ini sanggarnya melakukan penyambutan peserta Borobudur Marathon di kawasan kompleks Taman Wisata Candi Borobudur. “Tahun-tahun sebelumnya kami melakukan penyambutan di luar kawasan candi berbaur dengan masyarakat,” ujarnya.

Ia mengemukakan untuk melakukan penyambutan ini, pihaknya tidak melakukan persiapan khusus dalam penampilan dalam rangka Borobudur Marathon ini karena para penari sudah terbiasa pentas. Warga Dusun Ngroto, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, menampilkan kesenian gejog lesung, yaitu para ibu memainkan musik dari lesung dan sebagian dari mereka menyanyi dan menari sesuai irama musik tradisional tersebut.

Kepala Dusun Ngroto, Sumedi mengatakan lesung merupakan alat penumbuk padi tradisional. “Dulu para ibu sebelum atau sesudah menumbuk padi mengisi waktu dengan memainkan musik lesung tersebut,” sebutnya.

Ia mengemukakan kegiatan untuk menyambut para pelari Borobudur Marathon ini dilakukan masyarakat secara mandiri. Hampir setiap desa yang dilalui pelari menampilkan pertunjukan seni.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.