Legend! Berdiri Sejak 1980, Warung Mbok Yem di Puncak Lawu Jadi Solusi Para Pendaki

Di kalangan pendaki, kehadiran warung Mbok Yem di ketinggian 3.150 Mdpl Gunung Lawu menjadi solusi untuk urusan perbekalan.

Legend! Berdiri Sejak 1980, Warung Mbok Yem di Puncak Lawu Jadi Solusi Para Pendaki Para pendaki yang menuju ke Puncak Gunung Lawu beristirahat di depan warung Mbok Yem di Argo Dalem beberapa waktu lalu. (Istimewa/Yeyen Choiri)

Semarangpos.com, SEMARANG — Mbok Yem, pemilik dari Warung Puncak Lawu Argo Dalem, kembali memantik perhatian setelah video kembalinya dia ke puncak Gunung Lawu sembari ditandu viral di media sosial.

Di kalangan pendaki, kehadiran warung Mbok Yem di ketinggian 3.150 Mdpl atau hanya kurang 115 Mdpl saja dari Puncak Gunung Lawu, menjadi solusi untuk urusan perbekalan. Tak sedikit pendaki mampir, atau menjadikan warung Mbok Yem sebagai alasan untuk nanjak Puncak Lawu.

Menguti berbagai sumber, warung Mbok Yem itu telah berdiri sejak tahun 1980 silam. Formatnya pun cukup sederhana, berdinding kayu tanpa hiasan cat atau dinding formal.

Baca juga: Kisah Ninda, Nakes di Semarang yang Rayu Lansia Vaksinasi Covid-19

Sejumlah menu disediakan di warung Mbok Yem yakni pecel, mi instan, soto, gorengan, kopi, dan lainnya. Mbok Yem, yang bernama asli Wagiyem, menjadi satu-satunya penjual makanan di puncak Gunung Lawu. Dalam sehari, Mbok Yem melayani 200 hingga 300 pendaki.

Dilansir detik.com Selasa (29/9/2020), untuk memasok barang dagangannya, Mbok Yem dibantu kerabat yang rutin mengantar bahan baku. Sementara untuk kebutuhan air, Mbok Yem mendapatkan dari mata air Sendang Drajat yang berada tak jauh dari warungnya.

Selain makanan, fasilitas di warung itu terbilang lengkap. Warung makan sederhana di puncak Gunung Lawu itu dilengkapi panel surya sebagai sumber listrik.

Baca juga: Kembali ke Puncak dengan Ditandu, Mbok Yem Siap Sambut Para Pendaki Gunung Lawu

Warung tertinggi di Pulau Jawa itu menangkap panas matahari menjadi listrik. Jadi, warung sederhana di kawasan Argo Dalem itu punya televisi, kulkas, penanak nasi, dan lampu yang menerangi saat gelap menyergap.

Salah satu pecinta alam, Yeyen Choiri, 21, mengatakan di atap warung tersebut sudah terpasang panel persegi panjang berwana hitam dengan corak kotak-kotak untuk mengonversi energi matahari menjadi listrik.

“Makanya ada panel surya untuk listrik yang membantu Mbok Yem beraktivitas. Setahu saya sudah sekitar setahunan ini pakai panel surya itu,” kata Yeyen Choiri kepada Semarangpos.com, Minggu (1/3/2020).

Turun Gunung Saat Lebaran

Anggota sukarelawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi Santoso, mengatakan sebelum menggunakan panel surya Mbok Yem lebih dulu menggunakan genset.

“Memang adanya listrik di sana kadang dimanfaatkan pendaki untuk mencas barang bawaan seperti gawai dan lainnya,” terang Budi Santoso.

Demi menjaga warungnya, Mbok Yem menetap di warungnya. Dahulu, Mbok Yem ditemani oleh sang suami dan anak-anaknya, namun kini ia berjualan sendiri usai sang suami meninggal dunia.

Baca jugaTampil di Youtube Andre Taulany, Ini Jawaban Ganjar saat Ditanya Jadi Presiden 2024

Mbok Yem hanya turun gunung di rumahnya di Magetan, Jawa Timur, ketika Idul Fitri atau saat ada keluarga menggelar acara hajatan.

Banyak pendaki salut dengan kegigihan Mbok Yem, pasalnya Gunung Lawu memiliki cuaca yang ekstrem mencapai -5 derajat Celcius.

“Semangat Mbok Yem untuk berjualan di puncak dan rela meninggalkan keluarga sangat luar biasa. Bisa dibilang Mbok Yem turun hanya waktu Lebaran saja. Semangat Mbok Yem patut dicontoh,” ujar Maya seorang pendaki yang pernah singgah di warung Mbok Yem saat dihubungi Madiunpos.com/JIBI, beberapa waktu lalu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.