Pelaku Kesenian Tradisional Perlu Beradaptasi dan Inovatif di Tengah Gempuran Budaya Populer

Ketua DPRD Jateng Sumanto mengatakan, kesenian tradisional perlu tampil dengan wujud yang baru untuk beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Tujuannya agar masyarakat tetap bisa menikmati sehingga budaya tradisional tetap lestari.

Pelaku Kesenian Tradisional Perlu Beradaptasi dan Inovatif di Tengah Gempuran Budaya Populer Memperingati Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh setiap tanggal 7 November, Ketua DPRD Jateng Sumanto menggelar Pentas Wayang Kulit 30 jam nonstop. (Istimewa)

Semarangpos.com, KARANGANYAR – Seiring derasnya arus modernisasi dan perubahan selera hiburan masyarakat, pemerintah daerah dan para seniman perlu melakukan berbagai inovasi untuk melestarikan seni budaya, termasuk wayang kulit.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan agar warisan budaya yang telah hidup ratusan tahun tersebut tetap relevan dan mampu bersaing dengan budaya populer saat ini.

Ketua DPRD Jateng Sumanto mengatakan, kesenian tradisional perlu tampil dengan wujud yang baru untuk beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Tujuannya agar masyarakat tetap bisa menikmati sehingga budaya tradisional tetap lestari.

“Budaya yang ditampilkan terus-menerus dalam kemasan yang sama bisa jadi menimbulkan kejenuhan. Wayang kulit ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu. Sampai sekarang meskipun upaya pelestariannya tertatih-tatih, tetap harus kita lakukan,” ujar Sumanto, belum lama ini.

Sumanto menambahkan, para pelaku kesenian perlu menerapkan berbagai strategi agar masyarakat tetap mau menonton wayang kulit. Mulai dari pertunjukan yang lebih ringkas, sajian cerita yang dekat dengan kehidupan saat ini, hingga memanfaatkan teknologi sebagai media promosi dan distribusi tontonan.

Ia mencontohkan Pentas Wayang Kulit 30 Jam Nonstop yang baru saja digelarnya di Kabupaten Karanganyar. Sebanyak 23 dalang memainkan seri lakon secara bergantian. Masing-masing dalang memainkan lakon ringkas dalam durasi satu jam. Format baru tersebut diterapkan tampa menghilangkan jatidiri wayang kulit. Unsur utama seperti filosofi lakon, karakter tokoh wayang, dan nilai moral yang terkandung di dalamnya tetap dipertahankan.

“Para dalang ini menyuguhkan pertunjukan yang lebih singkat dengan bahasa yang lebih ringan, dan cerita yang dekat dengan masyarakat. Tentu tanpa meninggalkan pakem-pakem yang ada,” katanya seperti dikutip dari siaran pers.

Baca Juga: Silaturahmi dengan Pengusaha Sound, Sumanto Dorong Kolaborasi dan Profesionalitas

Memperingati Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh setiap tanggal 7 November, Ketua DPRD Jateng Sumanto menggelar Pentas Wayang Kulit 30 jam nonstop. (Istimewa)
Memperingati Hari Wayang Nasional dan Dunia yang jatuh setiap tanggal 7 November, Ketua DPRD Jateng Sumanto menggelar Pentas Wayang Kulit 30 jam nonstop. (Istimewa)

Selain itu, para pelaku kesenian juga bisa memanfatkan internet untuk memperluas jangkauan penonton. Pertunjukan wayang kini bisa hadir melalui live streaming hingga konten video pendek.

“Kemajuan teknologi ini bukan menjadi ancaman, tapi bisa jadi peluang untuk memperluas jangkauan penonton di dunia maya,” paparnya.

Lebih lanjut Sumanto mengatakan, pelestarian budaya tradisional juga menjadi cerminan bangsa yang maju. Ia mencontohkan Jepang yang memiliki teknologi maju namun masyarakatnya tetap lekat dengan budaya tradisionalnya.

“Di tengah gempuran budaya populer, berbagai langkah kreatif perlu dilakukan agar seni tradisional tetap dinikmati. Tentu dengan modifikasi yang baik dapat menjadikan wayang kulit tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai karya seni yang relevan bagi generasi muda,” tandasnya. (NA)

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.