Sejarah Kelam Waduk Kedungombo hingga Jadi Destinasi Wisata
Waduk Kedungombo yang membentang di tiga kabupaten di Jateng, yakni Grobogan, Sragen, dan Boyolali, memiliki sejarah yang panjang dan kelam.

Semarangpos.com, PURWODADI — Waduk Kedungombo merupakan salah satu bendungan besar di Indonesia yang memiliki banyak manfaat, termasuk untuk wisata. Waduk ini terletak di tiga kabupaten di provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Boyolali.
Bendungan utama Waduk Kedungombo berada di Kecamatan Geyer, Grobogan. Sumber air utama waduk tersebut berasal dari Kali Serang.
Waduk ini dibangun pada 1985 untuk pembangkit listrik tenaga air berkekuatan 22,5 mega watt. Selain untuk PLTA, air dari waduk tersebut dipakai untuk mengairi 70 hektare sawah di sekitarnya.
Baca juga: Hamil di Luar Nikah, Pelajar SMK Magelang Aborsi, Gugurkan Janin 8 Bulan
Waduk Kedungombo dibangun selama empay tahun mulai 1985-1989 yang menelan dana hingga USD25,2 juta dari Bank Exim Jepang dan APBN.
Pembangunan
Dikutip dari Wikipedia, Senin (17/5/2021), pengairan waduk dimulai pada 14 Januari 1989. Waduk ini dibangun dengan menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di tiga kabupaten. Sebanyak 5.268 keluarga kehilangan tanah akibat pembangunan waduk raksasa ini.
Sampai diresmikan pada 19 Mei 1991 oleh Presiden Soeharto, pembangunan Waduk Kedungombo menuai protes. Sebanyak 600 keluarga berjuang menuntut hak atas ganti rugi tanah yang layak.
Pada 2001, kasus penuntutan ganti rugi tanah atas pembangunan Waduk Kedungombo yang belakangan berkembang menjadi tempat wisata kembali mencuat. Warga menuntut Gubernur Jawa Tengah membuka kembali kasus tersebut. Namun, Pemprov dan Pemkab setempat bersikeras menyatakan bahwa ganti rugi tanah sudah selesai.
Teror
Kala itu Mendagri Soeparjo Rustam menyatakan ganti rugi Rp 3.000,-/m², sementara warga dipaksa menerima Rp 250,-/m². Warga yang bertahan juga mengalami teror, intimidasi dan kekerasan fisik akibat perlawanan mereka terhadap proyek tersebut.
Pemerintah memaksa warga pindah dengan tetap mengairi lokasi tersebut, akibatnya warga yang bertahan kemudian terpaksa tinggal di tengah-tengah genangan air.
Lambat laun kasus tuntutan ganti rugi lahan itu menguap. Waduk Kedungombo pun berkembang pesat.
Waduk dimanfaatkan sebagai PLTA. Warga setempat juga memanfaatkan air waduk untuk irigasi, beternak ikan, serta memulai bisnis pariwisata.
Bendungan yang panjangnya 1.600 meter dengan tinggi 96 meter dan luas 5.898 hektare itu kini menjadi salah satu objek wisata yang masyhur di kalangan masyarakat Jawa Tengah.
Baca juga: Kisah Penumpang Perahu Terbalik di Waduk Kedungombo Kemusu Boyolali: Anak Saya Tenggelam
Ikan Bakar
Olahan ikan bakar dari warung-warung di sekitar waduk cukup terkenal. Selain harganya yang murah, ikan tersebut rasanya lezat karena diolah dari bahan fresh hasil keramba para nelayan sekitar.
Waduk Kedungombo juga sering menjadi destinasi wisata karena memiliki deretan warung apung yang menyediakan aneka makanan sedap. Bahkan belakangan ada juga sejumlah warga yang menyewakan perahu wisata untuk berkeliling area waduk.
Sayangnya ada tragedi memilukan yang baru saja terjadi di objek wisata Waduk Kedungombo. Salah satu perahu wisata di kawasan Kemusu, Boyolali, yang mengangkut 20 penumpang terbalik karena kelebihan muatan pada Sabtu (15/5/2021).
Sebanyak sembilan orang meninggal dalam tragedi tersebut. Akibatnya kini Waduk Kedungombo ditutup sementara untuk kunjungan wisata.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Wisata Indrokilo Boyolali Tutup Selama Nataru
- Gua Maria Ambarawa Miliki Patung Bunda Maria Tertinggi Se-Asia
- Bukit Cendana Rembang, Hit di Kalangan Milenial
- Sejumlah Event Besar Bakal Digelar di Borobudur, Vaksinasi Dipercepat
- Masuk ke Objek Wisata di Jateng Ini Wajib Tunjukkan Aplikasi PeduliLindungi, Ini Daftarnya
- Asyik! Objek Wisata Karimunjawa Dibuka
- Wisata Air di Jateng Belum Diizinkan Buka
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.