Wingkoe Sajikan Wingko Empuk Khas Tempo Dulu

Lewat brand Wingkoe, warga Ungaran Kabupaten Semarang ini mengenalkan produk wingko yang bertekstur empuk.

Wingkoe Sajikan Wingko Empuk Khas Tempo Dulu Dwi Yuniastuti dan produknya wingko babat dengan label merk Wingkoe. (Istimewa)

Semarangpos.com, UNGARAN–Wingko Babat menjadi salah satu penganan wajib yang patut dibeli saat berkunjung kawasan Semarang.

Wingko yang sejatinya berasal dari Lamongan jawa Timur ini justru terkenal dan menjadi oleh-oleh andalan di kawasan Semarang Raya.

Berawal dari kesukaan mengonsumsi wingko inilah yang membuat Dwi Yuniastuti, 43, berusaha memproduksi wingko bercitarasa autentik.

Lewat brand Wingkoe, warga Ungaran Kabupaten Semarang ini mengenalkan produk wingko yang bertekstur empuk.

“Saya selalu ingat waktu kecil wingko babat khas Semarangan yang saya makan itu bertektur lembut dan empuk. Beda dengan sekarang, kebanyakan justru teksturnya cenderung keras,” ujar Dwi, Kamis (25/8/2022).

Pengembangan wingko ini dimulai pandemi di awal 2019, Dwi sebelumnya sudah punya usaha pembuatan snack skala rumah tangga.

Namun, saat masa pandemi bisnisnya ikut terguncang. Banyak toko yang dititipi snack tidak mampu membayar utuh setorannya.

“Misalnya jika toko A harus membayar Rp500.000 mereka hanya sanggup membayar Rp200.000. akhirnya omzet pun turun. Saya lantas berpikir bagaimana harus move on dari usaha lama ini,” papar Dwi, Kamis (25/8/2022).

Dengan sejumlah pertimbangan, Dwi memutuskan untuk memproduksi wingko babat di rumahnya di Jl. Letjen Suprapto No. 124 A Sidomulyo Ungaran, Kabupaten Semarang.

Namun, Dwi pun harus meyakinkan diri sendiri bahwa wingko yang diproduksi adalah wingko babat bercitarasa autentik.

Dengan basic pengusaha kuliner, Dwi tak kesulitan untuk memadupadankan resep dan komposisi bahan.

Hasil produksi wingko pun tidak langsung dijual, namun dicoba rasanya oleh keluarga dan lingkungan sekitar.

Setelah lolos, Dwi pun mulai membakukan resep dan menitipkan wingko babat produksinya ke sejumlah toko oleh-oleh di Ungaran.

Namun, bukan berarti Dwi tanpa masalah memasarkan produk wingko babatnya. Kemasan yang hanya dilapisi kertas dan diberi stiker kecil, membuat wingko produksi Dwi jadi kurang terkenal dan terbatas edarannya.

Dwi yakin wingko produksinya disukai warga Ungaran dan sekitarnya.

Beruntung pada Februari 2022, Dwi ikut Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan dari Balai Latihan Koperasi (Balatkop) UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.

Materi dari Bio Hadikesuma Management Training and Consulting (BHMTC) membuat Dwi makin terlecut menyempurnakan produk wingkonya.

Penetapan brand dan packaging yang menjadi sasaran utama Dwi untuk disempurnakan.

Dengan beragam pertimbangan, Dwi mencetuskan merk dagang Wingkoe untuk wingo babat produksinya. Packaging Wingkoe pun tak lagi hanya sekadar plastik dan stiker, tapi dibuatkan wadah per pieces dan kardus serta tas kertas untuk kemasan 10 pieces dan 20 pieces.

Dwi pun kembali mulai menitipkan Wingkoe ini ke pusat oleh oleh di Ungaran dan sekitarnya.

Namun, lagi-lagi distribusi terkendala karena Wingkoe belum punya izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Dwi pun langsung mengurus perizinan PIRT dan sekaligus mengurus proses izin halal.

“Setelah terpenuhi, awalnya saya menitipkan di satu toko oleh-oleh di Ungaran, dan hingga kini saya sudah bisa nitip di belasan toko makanan di Semarang, Kabupaten Semarang, hingga ke Salatiga,” paparnya.

Omzetnya pun naik 10 kali lipat dari awal di usaha memproduksi wingko.

Dwi pun sempat digandeng Universitas Negeri Semarang (Unnes) untuk bermitra kerja dengan memberikan pengurusan fasilitas HAKI dan pengurusan badan usaha.

Dwi yang awalnya menjadi buruh di usaha produksi wingkonya, kini sudah memiliki empat karyawan. Dwi sudah bisa menggaji keempat karyawannya dari usaha jualan Wingkoe.

Packaging Wingkoe yang dibuat per satuan, 10 pieces dan 20 pieces sudah mulai dikenal konsumen.

Satu hari Dwi mampu memproduksi 600 pieces dan dijual Rp35.000 per pack isi 10 wingko. Satu wingko yang dibuat tanpa bahan pengawet itu tahan hingga 5 hari dalam suhu ruangan.

“Wingkoe ini sudah dibawa konsumen hingga Medan, Bali, Sulawesi, hingga luar negeri. Saya bersyukur berkat Wingkoe ini ikut memberikan tenaga kerja di lingkungan rumah saya,” papar Dwi.

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.