Persoalan Petani Indonesia, Lemah Dalam Managamen

Persoalan yang dihadapi pertanian Indonesia, mulai luas lahan, kapital, managemen, teknologi, dan pasca panen.

Persoalan Petani Indonesia, Lemah Dalam Managamen diskusi virtual Hari Tani bertema "Ketahanan Pangan untuk Indonesia Maju", Kamis (24/9/2020) malam.

Semarangpos.com, SOLO – Ketua Umum HKTI Moeldoko mengatakan ada beberapa persoalan petani dan pertanian Indonesia saat ini. Mulai luas lahan, kapital, managemen, teknologi, dan pasca panen.

“Kalau berbicara tentang petani dan pertanian dihadapkan pada sejumlah persoalan. Mulai dari lahan di mana saat ini tanah semakin sempit dan sebagian besar dalam kondisi rusak, khususnya di Pulau Jawa,” jelas Moeldoko dalam diskusi virtual Hari Tani bertema “Ketahanan Pangan untuk Indonesia Maju”, Kamis (24/9/2020) malam.

Diskusi virtual dalam rangka Hari Tani digelar Solopos dengan dukungan PT Petrokimia Gresik, Bulog, BNI 46, PT Indoacidatama, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (KAFP UNS) Ikatani.

Selain lahan, lanjut Moeldoko, pertanian Indonesia juga dihadapkan pada persoalan kapital atau permodalan. Ini mengakibatkan petani kemudian mencari mudahnya dengan pinjam ke rentenir.

Moeldoko hingga Ganjar Pranowo akan Bahas Ketahanan Pangan dalam Diskusi Virtual Solopos

Persoalan selanjutnya adalan managerial petani. Di mana petani Indonesia, tambah Moeldoko masih lemah dalam hal managemen pertaniannya. “Yang masih terjadi saat ini adalah para petani itu bertani untuk hidup bukan bertani untuk membangun kehidupan [kesejahteraan],” kata Ketum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKKTI) Moeldoko.

Kemudian persoalan teknologi, di era digital sekarang ini penerapan teknologi di dunia pertanian juga dibutuhkan untuk peningkatan produksi. Namun, lanjut Moeldoko, petani Indonesia tidak ingin ribet.

Padahal untuk dengan pemanfaatan teknologi, menurut Moeldoko ada beragam keuntungan yang didapatkan petani. Seperti pengembangan benih premium, proses pemupukan dengan mamanfaatkan drone lebih efisien, sehingga terjadi peningkatan produksi pangan.

Wakil Ketua DPRD Tegal Gelar Dangdutan, Ganjar Tegur Wali Kota

Harga Jual

“Yang kelima ada persoalan paskapanen, di mana petani selalu dikalahkan di mana harga jualnya rendah. Di sini pentingnya peran Bulog untuk membuat petani senang dengan harga yang diinginkan. Sementara di sisi lain, konsumen dapat menikmati harga yang wajar,” ujarnya.

Peran HKTI untuk petani, menurut Moeldoko adalah menjembatani antara petani dengan stakeholder. Sehingga para petani bisa dikawal dengan baik dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

“HKTI juga berperan dalam regenerasi petani melalui organisasi sayap, seperti Pemuda HKTI. Di mana mereka anak-anak muda yang membantu persoalan paskapanen dalam hal marketing dengan memanfaatkan kemajuan teknologi,” jelas Moeldoko.

3.770 Keluarga Miskin di Salatiga Peroleh 30 Kg Beras Medium

Presiden Direktur Solopos Grup Arif Budisusilo selaku moderator juga menyampaikan pertanyaan dari peserta diskusi virtual, yakni soal pertanian organik.

Menurut Moeldoko pertanian organik bisa dilaksanakan, namun ada kompleksitas untuk melakukan secara murni. Seperti sumber air, dari mana apakah benar-benar tidak tercemar bahan kimia. Misal dari gunung, apakah di atas benar-benar tidak tercemar bahan kimia.

“Kemudian pupuk kandang, apakah hewannya benar-benar diberi pakan organik. Jadi kompleks, namun kita bisa ke sana, seperti yang sedang dilakukan di Sragen, Jawa Tengah,” imbuh Moeldoko.

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.