3 Wilayah Ini Kunci Pertumbuhan Ekonomi Jateng

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 35 kota/kabupaten di Jawa Tengah, ada tiga wilayah yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi, yakni Semarang, Cilacap, dan Kudus.

3 Wilayah Ini Kunci Pertumbuhan Ekonomi Jateng Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Saat ini persentase pertumbuhan ekonomi. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Semarangpos.com, SEMARANG – Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sampai saat ini bergantung kepada tiga kota/kabupaten utama, yakni Semarang, Cilacap, dan Kudus.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 35 kota/kabupaten di Jawa Tengah, ada tiga wilayah yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi, yakni Semarang, Cilacap, dan Kudus.

Kota Semarang berkontribusi 13,45%, Kabupaten Cilacap menyumbang 9,22%, dan Kabupaten Kudus sebesar 8,3%. Adapun, 32 kota/kabupaten lainnya berkontribusi di bawah 4% terhadap pertumbuhan ekonomi Jateng.

PDRB 35 Kota dan Kabupaten Jateng.
PDRB 35 Kota dan Kabupaten Jateng.

Ekonom Universitas Katolik Soegijapranata Andreas Lako mengatakan Kota Semarang bertumbuh paling tinggi karena tingkat konsumsi yang juga meningkat. Adapun, Cilacap dan Kudus didukung industri, terutama migas dan rokok.

“Yang perlu menjadi perhatian adalah agar pertumbuhan ini bisa menyebar, tidak hanya di 3 wilayah Semarang, Cilacap, dan Kudus,” ujarnya.

PDRB atau pertumbuhan ekonomi Jateng pada kuartal III/2019 mencapai 5,66% year on year (yoy). Atas dasar harga berlaku, nilai PDRB itu sejumlah Rp351,48 triliun.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih berkontribusi paling besar, yakni 59,09% atau Rp207,69 triliun. Selanjutnya, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi langsungĀ  sejumlah 33,77% atau Rp118,68 triliun, serta ekspor barang dan jasa 42,95% atau Rp150,96 triliun.

Namun, kinerja neraca perdagangan memberatkan laju PDRB, karena impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang mencapai 45,17% atau Rp158,77 triliun.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Jateng dapat mencapai 7% pada 2023. Hal yang perlu diperhatikan ialah agar peningkatan ekonomi juga memerhatikan dampak sosial dan lingkungan.

“Karena faktor sosial dan lingkungan berkaitan dengan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi 7% dalam jangka panjang,” paparnya.

Menurutnya, bila kesenjangan sosial dan tingkat kemiskinan semakin menipis, suasana kondusif dalam suatu wilayah akan terbentuk. Suasana yang kondusif ini menjadi modal dasar agar investasi masuk ke suatu daerah.

Di sisi lain, keberpihakan terhadap lingkungan membuat keberlanjutan bisnis dan kegiatan masyarakat terjaga untuk jangka panjang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.