Mengenal Sindur, Kain Khas Prosesi Pernikahan Jawa

Prosesi pernikahan adat Jawa tak bisa dilepaskan dari penggunaan kain sindur oleh kedua mempelai saat saat acara Sinduran.

Mengenal Sindur, Kain Khas Prosesi Pernikahan Jawa Kain sindur gendong dalam prosesi pernikahan diambil dari unggahan Instagram HELLODOMENICO, Jumat (21/2/2020). (Instagram - @hellodomenico).

Semarangpos.com, SOLO – Pernikahan adat Jawa memiliki serangkaian proses yang panjang. Kain sindur digunakan dalam salah satu rangkaian upacara pernikahan Jawa. Apa sih kegunaannya?

Adat Jawa memiliki serangkaian aturan unik yang didasarkan pada kepercayaan nenek moyang. Perlangsungan pernikahan menjadi salah satu dari sekian banyak acara yang diatur. Prosesi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat aturan mengikat yang harus dilakukan sesuai dengan urutan-urutannya.

Salah satu dari sekian banyak rangkaian pernikahan Jawa adalah sinduran. Sinduran merupakan ritual yang mana bahu kedua pengantin dibalut oleh kain sindur sembari diantar oleh ayah dari pengantin wanita menuju pelaminan.

Hanya Ada 14 Orang, Semarang Krisis Penghulu Pernikahan

Kain sindur merupakan kain memanjang yang memiliki warna merah di bagian tengah, dan putih di bagian pinggirnya. Warna merah dan putih dalam kain ini melambangkan purwaning dumadi alias permulaan atau asal-usul hidup. Putih mengandung arti bapa alias hidup. Sedangkan merah memiliki arti biyung alias suci.

Ramayana

Mengapa warna merah menjadi lambang kesucian? Diceritakan dalam Ramayana bahwa Sinta telah diculik oleh Rahwana. Pada saat Sinta kembali dari kerajaan Alengka, Rama sang suami sempat enggan menyentuh Sinta karena dianggap sudah tidak suci lagi.

Ingin membuktikan bahwa dirinya masih suci, Sinta kemudian membuktikannya dengan membakar diri ke kobaran api. Namun siapa sangka bahwa Sinta masih tetap hidup. Hal ini sebagai bukti bahwa walaupun Sinta berada lama di Alengka terpisah oleh Rama, dirinya tidak melakukan hal yang buruk dan tetap setia kepada suaminya. Karena peristiwa itu, merah menjadi simbol kesucian.

Kenali Batik Wirasat, Perpaduan Beragam Batik Klasik dalam Selembar Kain

Kain sindur terbagi menjadi dua, yakni kain sindur gendong dan kain sindur bapak. Perbedaan di antara kedua kain tersebut terletak pada ukuran dan cara pemakaian.

Kain sindur gendong merupakan kain yang digunakan untuk menyelimuti bahu pengantin yang akan dituntun menuju pelaminan. Kain ini memiliki panjang sekitar dua meter dan ukuran lebar yang lebih besar. Kain sindur gendong diharapkan memberi keberanian bagi kedua mempelai agar menjalani pernikahan dengan semangat dan penuh gairah.

Sedangkan kain sindur ayah memiliki ukuran yang lebih panjang namun lebarnya tidak sebesar kain sindur gendong. Kain sindur ayah biasa digunakan untuk orang tua kedua mempelai. Kain ini digunakan untuk melilit pinggang. Penggunaan kain sindur oleh orang tua mempelai menjadi simbol bahwa mereka merupakan tuan rumah atau pemilik hajatan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.