Semarang Bakal Jadi Episentrum Corona, Begini Reaksi Gubernur Jateng

Kota Semarang diprediksi bakal menjadi episentrum baru kasus virus corona di Indonesia menyusul tren peningkatan persebaran yang tinggi.

Semarang Bakal Jadi Episentrum Corona, Begini Reaksi Gubernur Jateng Wujud virus corona (berwarna merah) menyerang sel sehat di tubuh manusia. (NIAID)

Semarangpos.com, SEMARANG – Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang, disebut-sebut bakal menjadi episentrum baru kasus virus corona di Indonesia. Hal itu didasarkan atas tingginya kasus positif Covid-19 di Kota Semarang.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pun kaget. Meski demikian, ia tak menampik jika hal tersebut bisa terjadi. Apalagi, jika masyarakat Kota Semarang tak bisa melakukan pengendalian dalam penanggulangan Covid-19.

“Kalau masyarakat tidak disiplin, bukan tidak mungkin Kota Semarang akan benar-benar menjadi episentrum baru seperti yang diberitakan,” ujar Ganjar, Kamis (30/4/2020).

Selain Semarang, 2 Daerah Jateng Ini Juga Zona Merah Covid-19

Sebelumnya, Kota Semarang bersama dua kota lainnya di Indonesia, Surabaya dan Makassar, disebut-sebut bakal menjadi episentrum baru kasus Covid-19 di Indonesia.

Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyusul tingginya kasus positif corona di tiga kota tersebut.

Di Kota Semarang hingga saat ini sudah ditemukan 240 kasus positif virus corona. Dari jumlah sebanyak itu, tercatat 91 pasien sembuh, dan 30 orang meninggal dunia.

Tak Perlu PSBB, Ganjar Minta Solo & Wonosobo Tiru Kota Semarang

Ganjar menyebut peningkatan jumlah kasus positif di Kota Semarang terbilang tinggi. Padahal, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sudah menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) untuk menekan persebaran virus corona.

“Mudah-mudahan masyarakat bisa mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan. Kalau tidak, maka potensi Semarang menjadi episentrum baru akan benar-benar terjadi,” imbuhnya.

Bukan PSBB

Sementara itu, terkait keputusan Pemkot Semarang menerapkan PKM dan bukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seperti daerah zona merah Covid-19 lainnya, Ganjar menilai sebenarnya prinsipnya sama. Pada prinsipnya, kedua aturan itu digunakan untuk menertibkan masyarakat dalam hal physical distancing maupun social distancing.

Penerapan PKM di Semarang Belum Efektif, Ini Buktinya…

“Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan hal yang sama yakni pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan. Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya,” tegasnya.

Kendati demikian, Ganjar menilai jika PKM yang diterapkan tidak berhasil, Pemkot Semarang bukan tidak mungkin menerapkan kebijakan PSBB.

“Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan,” pungkasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.