Mengenal Batik Kumudawati, Khas Istana Mangkunegaran

Batik kumudawati merupakan salah satu jenis batik dari Solo yang menjadi ciri khas Istana Mangkunegaran dan kaya filasafat.

Mengenal Batik Kumudawati, Khas Istana Mangkunegaran Batik Kumudawati di langit-langit Pendhapa Mangkunegara diambil dari blog kisah klasik duniaku, Rabu (5/8/2020). (kisahklasikduniaku.blogspot.com).

Semarangpos.com, SOLO – Istana Mangkunegaran merupakan salah satu bangunan keraton yang ada di Solo. Istana ini memiliki ciri khas yakni adanya gambaran batik kumudawati di langit-langit pendapanya. Ornamen ini hanya bisa ditemui di Istana Mangkunegaran, lho.

Solo merupakan kota yang kaya budaya. Hal ini dipengaruhi dengan adanya dua istana kerajaan yang sempat eksis pada masanya. Salah satu kerajaan yang diakui secara resmi adalah Istana Mangkunegaran yang ternyata memiliki batik dengan ornamen unik yang hanya ada di Pendhapa Ageng Mangkunegaran.

Ornamen itu bernama kumudawati. Kumudawati diambil dari kata kumuda dan wati. Kumuda memiliki arti teratai putih, sedangkan wati memiliki arti sinar atau cahaya. Ornamen ini terbilang unik. Berbeda dengan batik lain yang dilukiskan di selembar kain, kumudawati dilukiskan di singup alias langit-langit yang ada di pendapa Mangkunegaran.

Mengulik Filosofi Batik Grompol, Media Doa Orang Tua Untuk Anak

Kumudawati dibuat pada masa pemerintahan Mangkunegara VII sekitar tahun 1937. Ornamen ini terinspirasi dari gambar kemudawati wayang beber di Pacitan yang berasal dari kertas Ponorogo.

Pada saat itu, telah berkembang budaya Eropa yang dibawa oleh penjajah. Budaya Eropa sempat mempengaruhi perkembangan budaya daerah. Untuk mempertahankan eksistensi kebudayaan asli, Mangkunegaran VII kemudian menggambarkan ornamen kumudawati pada singup pendapa Mangkunegaran. Kumudawati merupakan ornamen yang memadukan budaya Eropa dan filsafat Jawa.

Daluang

Pada awalnya kumudawati digambar pada daluang alias kertas Jawa. Daluang ini dibuat dari kulit kayu. Kemudian Mangkunegara VII memerintahkan abdi dalemnya yang bernama Widasupama untuk melukiskan kumudawati di singup pendapa.

Batik Wahyu Tumurun Konon Pembawa Petunjuk

Bukan hanya berguna sebagai pemanis istana. Kumudawati juga memiliki pesan tersendiri. Ornamen ini sebagai media penyampaian ajaran hastagina. Hastagina merupakan konsep Jawa yang berisi delapan sifat positif yang harus dimiliki orang-orang di dalam Mangkunegaran.

Ajaran hastagina diperkenalkan pertama kali oleh Mangkunegara IV. Ajaran ini juga tertulis dalam Serat Darmawasita. Pertama adalah ajaran untuk mencari peluang usaha yang terbuka lebar disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kedua, pandai mencari akal. Ketiga, hemat agar hidup berkecukupan. Keempat, berhati-hati dan teliti.

Sifat positif kelima adalah mengetahui perhitungan dengan menjauhi hal-hal yang bersifat sementara. Keenam, rajin bertanya untuk menambah pengetahuan. Ketujuh, menahan nafsu dan keinginan yang tidak berfaedah. Terakhir, bertekad dalam mencapai cita-cita.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.