Mengikuti Jejak Tasripin, Si Tuan Tanah Semarang di Masa Kolonial

Sejarah di Semarang menyebutkan adanya salah seorang saudagar kaya yang menjadi tuan tanah di masa penjajahan Belanda, yakni Tasripin.

Mengikuti Jejak Tasripin, Si Tuan Tanah Semarang di Masa Kolonial • Salah satu bangunan peninggalan Tasripin di Kampung Kulitan, Jagalan, Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Nama Tasripin mungkin mulai jarang dikenal oleh sebagian besar warga Kota Semarang. Namun, siapa sangka nama itu memiliki arti besar dalam perkembangan sejarah Kota Semarang.

Tasripin merupakan salah seorang saudagar kaya raya di Semarang pada masa kolonial Belanda. Peninggalan berupa bangunan kuno bergaya arsitektur Melayu dan Kolonial Belanda masih banyak terdapat di Kampung Kulitan, Kelurahan Jagalan, Kota Semarang.

Meski kuno, rumah-rumah itu tampak terpelihara dan berpenghuni. Atap rumah yang lancip dan memiliki tangga di depan, menunjukkan bangunan itu memilik gaya arsitektur campuran Melayu dan kolonial Belanda.

Kota Lama Pernah Jadi Pusat Perdagangan Gula Terbesar Dunia

Anak keturunan Tasripin lah yang saat ini menghuni bangunan-bangunan tersebut, salah satunya M. Fachri.

Pria yang menjadi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Jagalan itu merupakan keturunan Tasripin generasi kelima.

Keturunan Tasripin, M. Fachri. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

“Tasripin itu kerap disebut tuan tanah. Ia merupakan salah satu orang terkaya di Semarang pada zaman penjajahan Belanda. Bahkan, Tasripin itu satu-satunya orang Jawa yang kaya raya pada saat itu,” ujar Fachri saat dijumpai Semarangpos.com, Kamis (27/2/2020).

Menelusuri Jejak Raja Gula Asia di Bukit Simongan

Tasripin yang hidup sekitar tahun 1800-an, lanjut Fachri merupakan pengusaha penyemaak kulit sapi dan kambing. Selain itu, ia juga memiliki usaha pengolahan kopra dan kapas.

Dekat Pemerintah

Pada masa jayanya, pengusaha yang dikenal dekat dengan pemerintah Hindia Belanda itu pun memiliki sejumlah aset yang tersebar di penjuru Kota Semarang seperti Jl. Pemuda dan Jl. Mataram. Sementara, keluarga besarnya tinggal di kawasan Kampung Kulitan.

“Kalau ditelusuri asetnya banyak sekali. Tapi, beberapa kan ada yang sudah diambil negara maupun karyawannya,” ujar Fachri.

Gerbang Kampung Kulitan, Kelurahan Jagalan, Kota Semarang.

Fachri menambahkan, di Kampung Kulitan ada sekitar 10 bangunan peninggalan Tasripin. Bangunan itu masih terawat dan terjaga keasliannya, bahkan masuk dalam situs yang menggandung sejarah di Semarang dengan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB).

Ini Sebab Lawang Sewu Menyeramkan Menurut Anak Indigo Frislly Herlind

“Seperti rumah yang saya tempati ini. Rumah ini juga peninggalan Tasripin. Ibu saya masih ada garis keturunan dengannya. Rumah ini panjang ke belakang sampai 50 meter. Ciri khas bangunannya berupa tiga daun pintu di beranda dan corak atasnya seperti batu nisan, agar penghuninya selalu ingat dengan Sang Pencipta,” jelas Fachri.

Story teller Semarang, Jongkie Tio, menyebutkan semasa hidup Tasripin dikenal sebagai pengusaha kaya raya, seperti Oei Tiong Ham. Hanya saja, Tasripin memiliki kisah yang unik karena berasal dari kalangan pribumi.

“Pada masa kejayaannya, ia juga dikenal dekat dengan pemerintah Hindia Belanda. Ia bahkan menjadi satu-satunya pengusaha pribumi yang pernah mendapat kado ulang tahun dari Ratu Wilhelmina,” tutur Jongki.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.