Waspadai Potensi Penyakit DBD dan Leptospirosis di Kulonprogo

Langkah antisipasi terjadinya kasus DBD dan leptospirosis di Kulonprogo, masyarakat diminta senantiasan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Waspadai Potensi Penyakit DBD dan Leptospirosis di Kulonprogo Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan demam berdarah di Jateng. (Dok. Solopos.com-Reuters)

Semarangpos.com, KULONPROGO — Masyarakat di Kulonprogo diimbau untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap potensi penyakit demam berdarah dengue atau DBD dan leptospirosis.

Imbauan mengenai dua potensi penyakit itu disampaikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo. Hal ini menyusul peningkatan intensitas hujan di wilayah Bumi Binangun.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo, Rina Nuryati, menyampaikan berdasarkan catatan dari jawatannya pada 2021. Sampai dengan November, temuan kasus DBD di Kulonprogo total sebanyak 685 kasus.

Baca juga: Hujan Deras di Bantul, Pohon Tumbang Halangi Jalan

“Sedangkan, untuk leptospirosis sebanyak 10 kasus. Kami mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dua penyakit baik DBD dan leptospirosis. Dikarenakan, potensi penularan dari kedua penyakit tersebut terbilang tinggi. Seiring dengan peningkatan intensitas hujan,” kata Rina pada Rabu (10/11/2021).

Dikatakan Rina, kasus DBD di Kulonprogo pada tahun lalu jumlahnya memang jauh di atas kasus DBD yang terjadi pada tahun ini. Pada 2020 silam, kasus DBD mencapai 1.178 kasus. Sementara itu, kasus leptospirosis tercatat sebanyak 34 kasus.

Lebih lanjut, temuan kasus DBD di Kulonprogo rata-rata berasal dari wilayah yang padat penduduk seperti di wilayah kapanewon Wates, Nanggulan, dan Pengasih. Penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti banyak ditemukan di wilayah perkotaan.

“Sedangkan, kasus leptospirosis yang terjadi di Kulonprogo tersebar di sebagian wilayah di bumi binangun. Dari 10 kasus yang ditemukan pada tahun ini, leptospirosis kasus ada di Kapanewon atau Kecamatan Kokap. Lalu di Pengasih, Panjatan, Lendah Wates, Girimulyo dan Nanggulan,” kata Rina.

Baca juga: Hari Pahlawan, Kejari Grobogan Musnahkan Puluhan Barang Bukti

Antisipasi DBD Kulonprogo

Sebagai langkah antisipasi terjadinya kasus DBD dan leptospirosis di Kulonprogo, Rina menekankan agar masyarakat senantiasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga terus dilakukan. Warga diimbau untuk senantiasa menjaga stamina.

Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan Kulonprogo, Baning Rahayujati, mengatakan jawatannya pada tahun ini kembali mengaktifkan program juru pemantau jentik (Jumantik). Nantinya, program akan dilaksanakan dari mulai tingkat RT sampai di rumah masing-masing warga.

“Dengan diaktifkannya kembali program Jumantik, kasus demam berdarah dengue di Kulonprogo mampu turun drastis dan kasus leptospirosis juga bisa ditekan secara maksimal,” ungkap Baning Rahayujati.

 

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.