Akhir Tahun, Jateng Surplus 3,2 Juta Ton Beras

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng mengklaim stok bahan pangan di Jateng mengalami surplus menjelang libur akhir tahun 2019.

Akhir Tahun, Jateng Surplus 3,2 Juta Ton Beras Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Agus Wariyanto (kanan), dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Suryo Banendro, saat memberikan keterangan kepada awak media di Kantor Gubernur Jateng, Selasa (3/12/2019). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Semarangpos.com, SEMARANG – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) sejumlah komoditas pangan di Jawa Tengah (Jateng) mengalami surplus.

Jateng pun tak hanya siap memenuhi kebutuhan pangan warganya, tapi juga memenuhi permintaan daerah lain yang mengalami defisit.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Agus Wariyanto, mengatakan selama masa libur Nataru tingkat konsumsi pangan di Jateng diprediksi mengalami kenaikan sekitar 5%.

Kendati demikian, Agus mengaku kenaikan konsumsi itu bukan masalah mengingat Jateng mengalami surplus lebih besar dibanding tingkat konsumsi.

“Kami menjamin agar setiap individu masyarakat di Jateng tidak kekurangan pangan. Pendekatannya bukan hanya pada kelompok maupun kepala keluarga, tapi individu,” kata Agus sata sesi jumpa pers di Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, Selasa (3/12/2019).

Agus menyebutkan beberapa komoditas yang mengalami surplus antara lain beras yang mengalami surplus 3,6 juta ton. Sementara untuk tingkat konsumsi beras sekitar 3,2 juta ton per tahun atau 94 kg per kapita. Padahal kemampuan produksi beras Jateng pada 2019 ini mencapai 6,9 juta ton.

Sementara untuk daging, Jateng dikenal sebagai penyangga kebutuhan daging Jabodetabek, dengan suplai 70.000 ekor per tahun.

“Ketersediaan suplai daging di Jateng juga surplus. Karena dalam satu tahun kita memiliki sapi potong 1,6 juta ekor, kambing 4 juta ekora, dan domba 2 juta ekor,” imbujnya.

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang libur Nataru ini, Pemprov Jateng telah memperlebar kran distribusi ke seluruh daerah. Sementara untuk mengantisipasi kenaikan harga, bakal dilakukan operasi pasar.

“Kita ada 200 lembaga usaha pangan masyarakat ditambah 850 toko tani. Ini untuk mengatasi distribusi tersalur dan harga stabil. Sebagai contoh, jika harga beras di toko mencapai Rp 9.500, di toko tani harga beras hanya Rp 8.800,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.