Berusia 100 Tahun, Prasasti China di Kebun Jati Semarang Ini Berisi Kutukan

Prasasti bertuliskan aksara China yang diyakini berusia 100 tahun lebih ditemukan di sebuah area perkebunan jati di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Berusia 100 Tahun, Prasasti China di Kebun Jati Semarang Ini Berisi Kutukan Seorang anggota komunitas bersepeda di Semarang berfoto di depan prasasti yang terletak di area perkebunan jati di Semarang, beberapa waktu lalu. (Semarangpos.com-Imam Yuda Saputra)

Semarangpos.com, SEMARANG — Susunan aksara China terukir dengan rapi di sebuah batu yang terletak di area perkebunan jati di kompleks perumahan Bumi Wana Mukti, Sambiroto, Tembalang, Kota Semarang. Tak ada yang tahu pasti sejak kapan batu atau prasasti itu berdiri di area perkebunan itu. Konon, prasasti itu sudah ada sejak 100 tahun silam.

Kondisinya yang dikelilingi semak belukar dan dedaunan kering pun membuat warga sekitar tak terlalu mengindahkan prasasti itu.

Namun, pastinya tak ada satu pun orang yang berani mengusik keberadaan prasasti tersebut. Terlebih lagi, konon di sekitar prasasti itu berdiri sejumlah makam warga Tionghoa.

Misteri Nama Wewe Gombel dan Bukit Gombel

“Katanya dulu ada tujuh makam. Tapi, kabarnya sudah dipindahkan semua. Kabarnya juga masih ada satu,” ujar seorang warga yang tinggal tak jauh dari area perkebunan kayu jati itu, Agnes Suwati, 64, saat berbincang dengan Semarangpos.com, beberapa waktu lalu.

Agnes mengaku tak tahu menahu riwayat keberadaan prasasti itu. Meski demikian, menurutnya prasasti itu berhubungan dengan sejarah keluarga pemilik lahan.

Keberadaaan prasasti ini pun mengunggah keingintahuan komunitas pencinta sejarah di Semarang, Lopen. Salah seorang anggota Lopen pun pernah berusaha menggali cerita atau kisah misteri di balik keberadaan prasasti itu.

Ia juga lah yang memperkenalkan Semarangpos.com dengan seorang pegiat sejarah Tionghoa di Semarang, Irawan Rahardjo, yang pernah menggali kisah di balik prasasti tersebut.

Menurut Irawan, prasasti itu ditulis dengan huruf China kuno dengan tutur kata yang halus, atau sopan. Kendati demikian, isi tulisan itu berisi sebuah ancaman atau kutukan.

“Itu pakai bahasa kuno dan halus. Saya pernah minta seorang senior untuk menerjemahkan, memang sulit memahami artinya. Sepintas tentang 7 orang saudara seperguruan yang di kubur di area itu. Dan, prasasti itu berisi kutukan bagi orang yang berani membongkarnya,” jelas Irawan kepada Semarangpos.com.

Urban Legend di Semarang, 9 Tempat Ini Dipercaya Angker

Prasasti bertuliskan aksara China di perkebunan jati di Kota Semarang. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Irawan mengaku keturunan pendiri prasasti itu hingga saat ini masih ada. Meski demikian, keturunannya tak berani mengusik.

“Saya kenal dengan cucu dan cicit pendiri prasasti itu. Tapi, mereka tidak mau diekspos. Di sana juga ada makam tahun 1804, jadi kemungkinan kakek buyut pendiri prasasti itu,” imbuhnya.

Irawan mengaku seniornya yang pernah diminta mengartikan tulisan China di prasasati itu pernah mengunggahnya ke sebuah blog, Kompasiana.

Dalam blog yang ditulis Anthony Hocktong Tjio, 12 September 2016 silam itu, diceritakan jika prasasti bercorak khas Tionghoa masa Ming dan Qing itu didirikan pada 1916.

Tujuan didirikannya prasasti itu sebagai peringatan atau kutukan kepada siapa saja yang berani merusak atau menggusur kuburan itu, tidak akan diberkati Tuhan.

Isi prasasti

Berikut arti tulisan di prasasti itu yang diterjemahkan Anthony Hocktong Tjio dan telah diunggah di blog Kompasiana :

“Semenjak kita Tionghoa berbondongan datang di tanah Jawa ini, tidak kurang dari ratusan orang yang pandai ilmu bumi kuburan, kenyataannya memang tidak ada diantaranya yang pernah mendapatkan penuturan perumusan rahasianya [hongshui].

Almarhum Bapak guru Yap Sek Khie (Ye Xi Qi), beserta beberapa sejawat dan saya sendiri dipercayakan untuk membangun lima enam kuburan disini. Mendasarkan aturan yang dikaji dengan seksama, mendirikan bangunan utamanya dengan ketepatan penataan (hongshui-nya) yang melebihi dari bangunan yang sudah ada diatas tanah liar ini. Hal ini membuktikan bahwa kami sungguh memahami rumus rahasia yang diturunkan tanpa melalaikan kebijakan pembangunannya.

Dengan demikian kami tegaskan disini dengan batu peringatan ini. Selain itu juga meninggalkan pesan bagi keturunan kita disepanjang masa, meskipun dikemudian hari barang siapa yang memahami ajaran basi dari Keng Cun (Jing Chun)  , ataupun yang mengatakan bakal ada Dewa Besar yang mengendarai kuda sembrani turun untuk memerintah anak cucu mengutik bangunan kuburan ini sewenangnya, janganlah mempercayainya. Siapa saja bila melanggarnya, bakal tidak diberkati Allah subhanahu wa ta’ala.

Walaupun dikemudian hari ada yang berani merusak kuburan ini dengan kasar dan kejam, asal mematuhi pesan jangan mengikuti kata orang lain, masih boleh dipugar keasalnya kembali. Bila demikian, itu tidak berarti melanggar larangan keras orang tua dan gurunya, melainkan bakal dilimpahi rejeki yang tidak ada batasnya.

Harap diperhatikan dengan saksama.

Pada bulan 12 tahun Naga, tahun ke-5 Republik Tionghoa (1916).

Ditegakkan oleh Liem Kik Hong (Lin Ji Huang).”

Dalam tulisannya, Anthony juga berharap prasasti dan kuburan tua di area itu tetap dipertahankan. Hal itu dikarenakan prasasti itu memiliki nilai sejarah dan budaya Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.