Klaster Ziarah Muncul di Purworejo, 53 Orang Positif, 1 Meninggal

Klaster penularan Covid-19 dari acara ziarah muncul di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), di mana 53 orang dinyatakan positif.

Klaster Ziarah Muncul di Purworejo, 53 Orang Positif, 1 Meninggal Ilustrasi zona merah Covid-19. (Freepik)

Semarangpos.com, PURWOREJO — Klaster penularan Covid-19 dari kegiatan ziarah muncul di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng). Total ada sekitar 53 orang yang dinyatakan positif Covid-19 dari klaster tersebut, di mana satu orang di antaranya meninggal dunia.

Klaster tersebut muncul setelah rombongan warga Desa Tlogobulu, Kecamatan Kaligesing, melakukan ziarah ke Magelang pada Minggu (11/4) lalu. Setelah pulang dari ziarah, salah satu warga merasa tidak enak badan dan memeriksakan diri ke Puskesmas.

“Tanggal 11 April ziarah ke Magelang. 25 jemaah musala dan 6 dari dzikrul khofilin yang tergabung dari beberapa desa di kecamatan. Setelah pulang ada yang mengeluh tidak enak badan. Kemudian periksa ke puskesmas sekaligus di-swab dan hasilnya positif Covid-19,” kata Kades Tlogobulu, Faizal Hidayat, dikutip dari Solopos.com melansir Detik.com, Sabtu (1/5/2021).

Baca juga: May Day, Buruh di Semarang Dapat Vaksin Covid-19

Mengetahui salah satu warga yang ikut dalam rombongan ziarah dinyatakan terpapar virus Corona. Pihak desa langsung berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan terhadap seluruh peserta ziarah dan anggota keluarganya. Dari hasil pemeriksaan, 52 orang lainnya dinyatakan positif Covid-19.

“Jadi yang positif ada 53 orang, satu orang meninggal dunia dari klaster ziarah,” imbuhnya.

Untuk memutus mata rantai persebaran Covid-19 dari klaster ziarah di Purworejo itu, 52 orang yang dinyatakan positif melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, Selama 14 hari terhitung sejak 26 April 2021. Akses keluar masuk desa pun dijaga oleh petugas agar lalu-lalang warga terkontrol dan terdata.

“Enggak lockdown. Diperintahkan lockdown tapi desa tidak bisa membiayai semua warganya. Jadi hanya pembatasan. Warga yang keluar masuk didata,” jelasnya.

Isolasi Mandiri

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi warga yang melaksanakan isolasi mandiri, pemdes menggunakan dana desa untuk membeli sembako dan keperluan lain. Faizal menuturkan, hingga saat ini belum ada bantuan apa pun dari pemerintah kabupaten.

Baca juga: Duh, Klaster Takziah Muncul di Kota Semarang, 25 Warga Sampangan Positif Covid-19

“Isolasi mandiri yang terpapar dari klaster ziarah masih sampai tanggal 9 Mei nanti. Sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah atau pun dinas terkait. Kami nggak mau minta-minta nanti dikira ngemis. Kalau harus bikin proposal malah tambah repot wong kami masih kena musibah. Sementara bantuan dari dana desa dan donatur buat beli sembako, vitamin dan keperluan lain,” lanjutnya.

“Semoga warga yang terpapar segera sembuh dan bisa beraktivitas kembali sehingga roda perekonomian di desa pulih kembali. Karena saking banternya berita yang tidak benar itu (lockdown) warga Tlogobulu merasa terkucilkan. Dagangan nggak laku tidak diterima di desa sebelah,” imbuhnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.