Konsumsi Ikan di Jateng Rendah, Ini Penyebabnya…

Minat masyarakat Jawa Tengah (Jateng) mengonsumsi ikan masih rendah. Ini buktinya.

Konsumsi Ikan di Jateng Rendah, Ini Penyebabnya… Ilustrasi gemar makan ikan. (Dok. Solopos - Taufiq Sidik)

Semarangpos.com, MUNGKID – Minat masyarakat Jawa Tengah (Jateng) mengonsumsi ikan masih tergolong rendah. Tingkat konsumsi ikan warga Jateng hanya berkisar di angka 33,48 kg per kapita per tahun.

Angka tersebut sebenarnya mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, yang hanya berkisar 29,19 kg per kapita per tahun. Meski demikian, angka itu masih jauh di bawah angka nasional yang mencapai 50,54 kg per kapita per tahun.

“Target nasional [konsumsi ikan] pada 2019 sebenarnya 54 kg per kapita per tahun. Setelah kita cek, yang relatif rendah konsumsi ikannya di Pulau Jawa, khususnya Jateng, sekitar 33,48 kg per kapita per tahun,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Agus Suherman, saat pembukaan Hari Ikan Nasional di Kabupaten Magelang, Minggu (1/12/2019).

Menurut Agus, rendahnya konsumsi ikan masyarakat di Jateng itu salah satunya disebabkan faktor budaya. Ia mencontohkan penyebutan lauk yang bukan ikan dengan sebutan iwak atau dalam bahasa Indonesia disebut ikan. Selain itu, lanjut Agus, ikan belum menjadi lauk untuk keseharian masyarakat di Jateng.

“Kita harus melakukan transformasi budaya keseharian. Kalau sejak kecil mulai enam bulan sudah dibiasakan konsumsi ikan rutin, pasti besarnya sudah terbiasa,” kata dia.

Agus pun mengimbau pemerintah di daerah untuk gencar mengampanyekan kebiasan makan ikan, salah satunya dengan menggelar kegiatan makan ikan di sekolah secara rutin, minimal sebulan sekali.

“Gizi ikan kita sudah tahu, meningkatkan kesehatan, kecerdasan, mengandung protein dan omega tiga, plus lemak yang tidak jahat dibandingkan daging. Harganya juga terjangkau,” jelasnya.

Kandungan gizi yang baik ini, menurut Agus akan membantu mengurangi stunting yang saat ini di tingkat nasional berada di posisi 30.8%. Menurut Kementerian Kesehatan, stunting menimbulkan kerugian ekonomi negara 1%-3% dari produk domestik bruto (PDB).

Penjabat (Pj.) Sekda Jateng, Herru Setiadhie, sepakat membudidayakan istilah lauk bukan ikan dengan sebutan bukan iwak.

“Acara ini penting karena kampanye gerakan makan ikan adalah salah satu upaya untuk mencegah stunting. Reasoning tersebut berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang mengatakan bahwa stunting di Indonesia masih 30,8%,” jelasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.