Penjelasan BMKG Semarang Terkait Embun Upas di Dieng

Embun upas merupakan fenomena alam berupa embun yang membeku di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, setiap musim kemarau.

Penjelasan BMKG Semarang Terkait Embun Upas di Dieng Seorang wisatawan menunjukkan embun upas di dataran tinggi Dieng, Jateng. (Dok. Solopos.com)

Semarangpos.com, BANJARNEGARA — Fenomena embun upas atau embun yang membeku di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) sudah menjadi hal lazim saat musim kemarau tiba.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, fenomena alam itu terjadi karena dipengaruhi faktor kelembaban udara yang tinggi di dataran tinggi Dieng.

“Saat musim kemarau, dataran tinggi Dieng memiliki kelembaban udara yang tinggi, berbeda dari daerah lain di Jateng. Tingginya kelembaban udara itu akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan. Di sinilah embun upas terbentuk,” ujar Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang, Achadi Subarkah Raharjo, dalam keterangan resminya.

Solusi Lahan Terbatas, Pekalongan Andalkan Hidroponik

Selain kelembaban udara yang tinggi, embun upas juga terbentuk akibat suhu udara yang rendah. Dataran tinggi dieng yang berada pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), saat musim kemarau suhu udaranya bisa mencapai 0 deajat Celcius atau lebih rendah lagi.

“Rendahnya suhu di permukaan itu juga sesekali diikuti dengan kelembaban udara yang tinggi. Kelembaban relatif adalah rasio jumlah uap air di udara dibandingkan dengan uap air maksimal yang mampu ditahan udara pada suhu itu. Kelembaban relatif tidak memberi tahu seberapa banyak uap air sebenarnya di udara. tetapi menunjukkan seberapa dekat udara menjadi jenuh,” jelasnya.

Daya tarik wisata

Pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh (terkondensasi) menjelang pagi hari, uap air di udara berubah menjadi titik-titik air. Pada saat yang bersamaan suhu udara harian juga menuju pada titik minimal mencapai 0 derajat Celcius, atau bahkan minus.

Penolak Jenazah Perawat Covid-19 di Semarang Divonis 4 Bulan Penjara

“Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air [embun] yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es atau embun upas. Embun upas akan bertahan ketika suhunya masih berada pada kisaran titik beku, seiring matahari mulai terbit, embun upas perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi,” terang Subarkah.

Subarkah menambahkan hadirnya embun upas membuat suhu udara di Dieng menjadi ekstrem. Meski demikian, fenomena ini mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Dieng. Terlebih lagi, fenomena alam itu hanya terjadi setahun sekali, antara bulan Juni-Agustus.

KLIK dan LIKEdi sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Komentar Ditutup.