Penyakit Ini Ancam Warga Kota Semarang saat Penghujan
Penyakit yang patut diwaspadai warga Kota Semarang saat musim penghujan, antara lain diare, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), influenza, demam tifoid, hingga demam berdarah.

Semarangpos.com, SEMARANG – Musim berganti ancaman penyakit bagi Kota Semarang pun berubah. Memasuki musim penghujan, beberapa penyakit kerap mengintai kesehatan warga ibu kota Jateng.
Dikutip dari laman Internet resmi Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang ada beberapa penyakit yang patut diwaspadai warga Kota Semarang saat musim penghujan. Beberapa penyakit itu antara lain yakni diare, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), influenza, demam tifoid, hingga demam berdarah.
Di antara sederet penyakit itu, demam berdarah tentunya menjadi penyakit yang paling diwaspadai. Penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypty itu kerap mewabah saat musim penghujan dan membuat penderitanya kehilangan nyawa.
Data yang diperoleh Semarangpos.com, dalam kurun tiga tahun terakhir korban demam berdarah dengue (DBD) di Semarang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada 2017 lalu, tercatat 299 warga Semarang yang terserang gigitan nyamuk aedes aegypty, di mana delapan orang di antaranya meninggal dunia.
Pada 2018, jumlah penderita demam berdarah mampu ditekan, dengan sekitar 102 orang yang terinfeksi, di mana satu orang di antaranya meninggal dunia.
Namun, pada 2019 jumlah penderita demam berdarah kembali mengalami kenaikan. Total ada sekitar 418 orang yang mengalami DBD, di mana 12 orang di antaranya tak tertolong.
“DBD ditandai dengan demam akut hingga 5 hari. Jika mengalami demam seperti itu, penderita diimbau segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan,” ujar Kepala DKK Semarang, Moch Abdul Hakam, kepada wartawan di Semarang, beberapa waktu lalu.
Hakam menambahkan pihaknya saat ini telah menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahayanya penyakit demam berdarah. Hal itu dikarenakan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebar virus DBD sangat masif saat musim penghujan.
“Pencegahan kita lakukan dengan sosialisasi pembasmian jentik nyamuk yang dilakukan mulai dari tingkat kecamatan hingga RT. Selain itu juga peningkatan SDM puskemas, rumah sakit, hingga pengkaderan pencegahan dan pemberantasan DBD,” tuturnya.
Selain secara langsung, sosialisasi pencegahan DBD juga dilakukan DKK Semarang melalui media sosial dengan pembuatan video pendek. Sosialisasi maupun promosi melalui media sosial dianggap lebih efektif menjangkau masyarakat.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Awas! Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Semarang
- Sadis, Sejoli di Semarang Bunuh Bayi Di Dalam Toilet
- Tragis! Main Hujan-hujanan, Balita Semarang Hanyut di Saluran Air
- Kena Razia karena Jadi Manusia Silver, Pensiunan Polisi Ini Terima Bantuan Kapolda Jateng
- Prihatin! Terciduk Satpol PP Kota Semarang, Manusia Silver Ini Ternyata Pensiunan Polri
- PDGI Catat Ada 40 Dokter Gigi di Semarang Terpapar Covid-19 Selama Pandemi
- Dokter Cabul yang Campurkan Sperma ke Makanan Dinyatakan Idap Kelainan Jiwa
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.