Rugi Selama Pandemi, 6 Hotel di Semarang Dijual

Sejumlah hotel di Semarang mengalami defisit selama masa pandemi virus corona atau Covid-19 hingga memutuskan tutup dan dijual.

Rugi Selama Pandemi, 6 Hotel di Semarang Dijual Ilustrasi tamu hotel di Semarang. (Dok. Solopos)

Semarangpos.com, SEMARANG – Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasa para pelaku industri perhotelan di Semarang. Bahkan akibat terus merugi selama wabah virus corona, sebanyak 6 hotel di Semarang memilih tutup dan dijual.

Dijualnya sejumlah hotel di Semarang itu diungkapkan Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah (Jateng), Benk Mintosih.

“Iya, ada beberapa yang dijual. Tapi, namanya enggak boleh disebut. Mungkin mereka mau ganti haluan [bisnis lain],” tutur Benk kepada Semarangpos.com.

Diajak Rapid Test, Puluhan Pengemudi Ojek Online di Salatiga Mangkir

Benk mengatakan kondisi bisnis perhotelan memang sangat terdampak selama masa pandemi Covid-19. Sejak pertengahan Maret lalu, hampir seluruh hotel sepi atau tak mendapat tamu.

Kondisi itu diperparah dengan biaya operasional yang terus membengkak, seperti tagihan listrik PLN dan gaji karyawan. Alhasil, banyak hotel bintang 3-4 yang memilih tutup dan merumahkan karyawannya.

“Kemarin ada 14 hotel yang memilih tutup seperti Santika, Grand Edge, dan Harris. Tapi, awal Juni ini sudah mulai buka lagi. Harapannya kami, setelah Lebaran ini bisnis hotel kembali menggeliat,” terang Benk Mintosih.

New Normal

Benk menyebutkan sebelum Lebaran, tingkat hunian atau okupansi hotel di Semarang berada di titik terendah. Tingkat okupansi bahkan pernah berada di angka 0%, atau tak mendapat tamu sama sekali.

“Sebelum Lebaran rata-rata okupansi sekitar 8-10%. Setiap hari kadang cuma terisi 5 kamar, 3 kamar, bahkan pernah kosong sama sekali,” jelasnya.

Candi Borobudur Terima Wisatawan Akhir Pekan Ini

Meski demikian, kondisi itu mulai mengalami peningkatan pasca-Lebaran. Pada awal Juni, tingkat hunian hotel di Semarang mulai mengalami sedikit peningkatan.

“Sekarang sudah ada sedikit peningkatan. Okupansi ya sekitar 15-20%. Mulai ada sedikit asa, mulai terang, ora peteng dedet,” tutur Benk.

Benk pun berharap kondisi bisnis perhotelan kembali membaik. Terlebih, saat ini pemerintah telah mencanangkan kehidupan kenormalan baru atau new normal.

“Hotel di Semarang sudah siap dengan penerapan new normal. Kita berharap new normal ini bukan lagi wacana, tapi sudah harus diaplikasikan. Walau ada virus, aktivitas harus tetap berjalan,” tutur Benk.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.