Sejarah Stasiun Willem I Sebelum Jadi Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa berdasarkan sejarahnya merupakan Stasiun Willem I yang berjaya pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.

Sejarah Stasiun Willem I Sebelum Jadi Museum Kereta Api Ambarawa Kondisi Stasiun Willem I pada tahun 1905 saat masih beroperasi. (Website—heritage.kai.id)

Semarangpos.com, UNGARAN Sudah pernah mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa? Sebelum menjadi sebuah museum, bangunan bersejarah itu pernah menjadi Stasiun Willem I yang berjaya pada zamannya.

Museum Kereta Api Ambarawa berlokasi di Desa Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng. Ada cerita menarik di balik bangunan khas Belanda tersebut sebelum menjadi sebuah museum.

Sekitar tahun 1800-an, Ambarawa menjadi salah satu kawasan militer. Pada tahun 1835, dibangun sebuah benteng besar bernama Willem I dan selesai dibangun pada tahun 1848. Benteng Willem I pada saat itu menjadi benteng terbesar di Pulau Jawa.

PLN Tiadakan Pemeliharaan, Lebaran di Jateng-DIY Tanpa Pemadaman Listrik

Nama Willem diambil dari nama raja yang saat itu memimpin Negeri Belanda Raja Willem I. Penyematan nama itu dilakukan untuk menghormati raja yang kala itu negerinya menjajah Indonesia.

Setelah itu, pada tahun 1873, Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) membangun sebuah jaringan kereta api di Ambarawa. Hal itu menjadi syarat NISM jika ingin mendapatkan izin pembangunan jalur kereta api pertama Semarang-Vorstenlanden (Solo-Jogja).

Selain itu, untuk keperluan militer, NISM juga diwajibkan membangun jalur kereta api lintas Kedungjati-Ambarawa sepanjang 37 km.

Begini Cara PSIS Semarang Rayakan Ultah ke-88 di Tengah Pandemi Covid-19…

Karena beberapa hal itulah, pada tahun 1873, dibangun Stasiun Willem I yang sekarang menjadi Museum Kereta Api Ambarawa. Nama Willem juga disesuaikan dengan nama benteng yang terletak tidak jauh dari lokasi stasiun.

Pembangunan tidak berhenti sampai di situ. NISM melanjutkan pembangunan jalur kereta api Secang-Magelang pada tangga 1 Februari 1905. Perhatian ekstra diberikan NISM saat membangun jalur tersebut.

Rel Gigi

Jalur Secang-Magelang melewati area pegunungan yang sulit untuk ditaklukkan pada saat itu. Sebagai solusi, mereka membuat jalur khusus dengan menggunakan sistem rel gigi. Hingga pada tahun 1907, dilakukan renovasi Stasiun Willem I. Material yang semula berupa kayu dan bambu, pada saat itu diganti menjadi batu bata supaya lebih kokoh.

Adik Sara Wijayanto Mengejar Sosok Noni Belanda di Vila Angker Jogja

Seperti yang dihimpun dari website heritage.kai.id, Kamis (14/5/2020), saat Stasiun Willem I masih beroperasi, stasiun tersebut digunakan untuk mengangkut barang-barang ekspor dan menjadi kendaraan militer di Jawa Tengah. Sayang sekali, karena banjir lahar akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 1975, stasiun ditutup dan dinonaktifkan. Banyak kereta api yang tidak bisa beroperasi terutama jalur Jogjakarta-Magelang-Secang.

Melihat hal itu, Gubernur Jawa Tengah yang saat itu bernama Supardjo Sutam mengalihfungsikan Stasiun Willem I menjadi Museum Kereta Api Ambarawa. Pada tahun 1978, museum mulai dibuka dan melayani wisata kereta uap.

Museum Kereta Api Ambarawa menjadi museum perkretaapian pertama di Indonesia dan memiliki beberapa koleksi kereta api yang berjaya pada zamannya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.