Solusi Lahan Terbatas, Pekalongan Andalkan Hidroponik

Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Pagi di Kelurahan Sokoduwet, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Jateng mengembangkan hidroponik.

Solusi Lahan Terbatas, Pekalongan Andalkan Hidroponik Unggahan Instagram @pemkotpekalongan mengenai kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kelurahan Sokoduwet yang melakukan cocok tanam dengan hidroponik. Senin (20/7/2020). (Instagram-@pemkotpekalongan)

Semarangpos.com, PEKALONGAN Hidroponik terkenal dengan kemudahan dalam menanam sayuran dan juga menjadi alternatif bagi orang-orang yang ingin bercocok tanam, namun mempunyai lahan yang terbatas. Hal ini yang dipraktikkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Pagi di Kelurahan Sokoduwet, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Jenis tanaman yang dikembangkan di antaranya selada dan caisim yang dianggap lebih mudah untuk perawatannya. Dengan masa tanam selama 24 hari, hasilnya sudah dapat dinikmati. Hasil panen ini tidak hanya dikonsumsi oleh anggota KWT, tetapi juga dipasarkan di lingkungan sekitar.

Nikmatnya Soto Daging Sapi di Blora Cuma Rp3.000

“Kami pilih hidroponik karena mudah perawatannya. Karena kami masih pemula kami mencoba yang mudah berkembang. Hasilnya kami jual dan putar kembali, per tanaman kami jual dengan harga Rp3.000,” papar Bendahara KWT Sinar Pagi, Sri Hardiati, dalam unggahan Instagram @pemkotpekalongan, Senin (20/7/2020).

View this post on Instagram

Lahan Terbatas, Cocok Tanam dengan Hidroponik⁣ ⁣ Kota Pekalongan – Hidroponik menjadi alternatif bagi orang-orang yang ingin bercocok tanam namun mempunyai lahan yang terbatas. Hal ini yang dipraktikkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Sinar Pagi di Kelurahan Sokoduwet, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota pekalongan.⁣ ⁣ Jenis tanaman yang dikembangkan di antaranya selada dan caisin yang dianggap lebih mudah untuk perawatannya. Dengan masa tanam selama 24 hari, hasilnya sudah dapat dinikmati. Hasil panen ini tidak hanya dikonsumsi oleh anggota KWT, tetapi juga dipasarkan di lingkungan sekitar. “Kami pilih hidroponik karena mudah perawatannya. Karena kami masih pemula kami mencoba yang mudah berkembang. Hasilnya kami jual dan putar kembali, per tanaman kami jual dengan harga Rp3.000,” papar Bendahara KWT Sinar Pagi, Sri Hardiati, saat ditemui di pekarangannya, Senin (20/7/2020).⁣ ⁣ Saat melakukan pembinaan di KWT Sinar Pagi, Staff Bidang Perrtanian Tanaman Pangan dan Holtikultura yang juga petugas penyuluh pertanian, Imam Prasetyo Jati mengungkapkan, dirinya mengarahkan KWT Sinar Pagi untuk mengaplikasikan teknik hidoponik di kelompok mereka karena dirasa sesuai untuk para anggota di tengah kesibukan mereka. “Jadi ini saya arahkan ke hidoponik supaya lebih mudah dan tidak butuh tempat yang luas. Selain itu, oara ibu memiliki banyak kesibukan, kalau untuk merawat polibag terbatas waktunya,” ujar Imam⁣ ⁣ Saat ditemui di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) setempat, Senin (20/7/2020), Kepala Seksi Konsumsi Pengakaragaman Pangan, Moh Karamani, SSTP MM menerangkan, untuk saat ini Kota Pekalongan memiliki 26 KWT yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dengan persebaran terbanyak berada di wilayah Pekalongan Barat. Namun mengingat kondisi di beberapa tempat biasa terkena banjir rob, serta situasi saat ini yang tengah dilanda pandemi Covid-19, sejumlah KWT tidak dapat berkegiatan.

A post shared by Pemkot Pekalongan (@pemkotpekalongan) on

Di Tengah Kesibukan

Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kelurahan Sokoduwet memiliki kesibukan masing-masing. Namun, teknik hidroponik dianggap sangat cocok diterapkan di Pekalongan.

“Jadi ini saya arahkan ke hidoponik supaya lebih mudah dan tidak butuh tempat yang luas. Selain itu, para ibu memiliki banyak kesibukan, kalau untuk merawat polibag terbatas waktunya,” ujar Imam selaku anggota staf Bidang Perrtanian Tanaman Pangan dan Holtikultura saat melakukan pembinaan di KWT Sinar Pagi.

Es Puter Cong Lik Legendaris di Kota Semarang

Hingga saat ini, Kota Pekalongan memiliki 26 kelompok wanita tani (KWT), namun ada beberapa tempat yang tidak bisa melakukan kegiatan ini karena terkendala oleh kondisi.

“Untuk saat ini Kota Pekalongan memiliki 26 KWT yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dengan persebaran terbanyak berada di wilayah Pekalongan Barat. Namun mengingat kondisi di beberapa tempat biasa terkena banjir rob, serta situasi saat ini yang tengah dilanda pandemi Covid-19, sejumlah KWT tidak dapat berkegiatan,” papar Moh. Karamani, kepala Seksi Konsumsi Pengakaragaman Pangan setempat.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.