Covid-19 Melonjak, Soloraya Disarankan Lockdown
Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyarankan penerapan lockdown lokal di Soloraya demi mencegah penularan Covid-19.
Semarangpos.com, SOLO — Angka penularan virus corona jenis baru pemicu Covid-19 di eks Keresidenan Surakarta melonjak tajam. Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyarankan penerapan lockdown lokal di Soloraya.
Menurut keyakinan Pandu Riono, lonjakan kasus positif Covid-19 dalam waktu singkat di Soloraya dikarenakan masyarakat yang tidak disiplin melaksanakan protokol kesehatan sesuai standar pencegahan Covid-19 yang disarankan WHO. Demi meningkatkan pencegahan itulah, lockdown menurutnya perlu dilakukan.
Diakui Pandu, lonjakan kasus positif Covid-19 bukan hanya terjadi di Soloraya tetapi juga sejumlah kota lainnya. Ia mencontohkan sebuah pondok pesantren di Bandung yang sebelumnya hanya ada tiga kasus positif Covid-19 bertambah menjadi ribuan dalam waktu singkat.
Pelajaran Cinta Om Hao Lewat Kawah Sikidang, Genta Ingin Nangis…
“Penularan kita sebenarnya mengklaster dari satu orang ke orang lain. Kalau ada himpunan orang bersama-sama di asrama atau lakukan kegiatan sosial wisuda, pesta bersama kalau tidak memperhatikan gunakan masker, ya akan menyebar banyak orang, penularan cepat dan lonjakan klaster baru selalu ada,” terangnya saat dihubungi Solopos.com–induk media Semarangpos.com, Rabu (15/7/2020) malam.
Menurut Pandu Riono, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi Pandemi Covid-19 ini harus dilakukan secara ketat. Begitu ada satu kasus positif Covid-19 harus dilacak minimal 25 orang yang kemungkinan telah kontak langsung.
Banyak Ketahuan
Semakin banyak yang ketahuan justru menurutnya semakin baik karena penularan Covid-19 bisa dicegah.
Dianggap Keramat, Batu Bekas Arca Bernilai Sejarah di Semarang Hilang
Menurut Pandu, perlu ada edukasi kepada masyarakat agar mereka disiplin Protokol Covid-19. Berbeda dengan update terbaru WHO yang menemukan kenyataan cara penularan yang bukan hanya secara droplet alias cipratan, melainkan airbone alias menyebar di udara, Pandu masih menganut pengertiap lawas.
Karena itulah, Pandu mengistilahkan pencegahan bisa dilakukan dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Namun ditegaskan olehnya, perilaku mengurangi penyebaran itu harus benar-benar ditekankan.
“Ya karena penularannya lewat droplet, ya setiap orang harus pakai masker yang benar. Percikan droplet kita yang kecil jatuh ke lantai. Tapi di ruangan yang tertutup enggak ada aliran udara, apalagi hanya gunakan pendingin AC yang sirkulasinya kurang bagus, harus memakai masker meski di ruangan,” terangnya.
Kampung Garam Jadi Upaya Kebumen Penuhi Ketahanan Pangan Daerah
Edukasi serupa juga perlu dilakukan bagi para tenaga kesehatan (nakes). Pandu tidak merekomendasikan penutupan rumah sakit meskipun banyak kasus nakes yang terkena Covid-19.
Dia menyarankan edukasi dan pendidikan ulang bagi para nakes tentang bahayanya wabah Covid-19 ini. Nakes juga diminta untuk melakukan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat. Mereka yang kemungkinan terinfeksi harus dibebastugaskan dan diisolasi.
“Siapkan lokasi khusus seperti hotel atau lainnya, bukan di rumah pribadi. Mengingat tidak semua keluarga punya ruang terpisah untuk isolasi mandiri,” saran Pandu.
4 Mahasiswa UNS Solo Kerasukan Massal di Channel Youtube Untold Story
Pandu menjelaskan runtutan tindakan yang dilakukan untuk meredakan pandemi ini dimulai dari tahap mitigasi dengan perintah tinggal di rumah saja sejak beberapa bulan lalu. Setelah mereda diperbolehkan melakukan aktivitas dengan melakukan pembatasan diri.
Lockdown Lokal
Sekarang ini setelah muncul peledakan kasus positif, menurutnya yang perlu dilakukan adalah lockdown lokal. Yakni dengan mencari sumber masalahnya lalu dilakukan penanganan secepat mungkin.
“Istilahnya lockdown lokal, masalah dimana, di rumah sakit, pesantren, jadi penyelesaian lokal, ajak masyarakat, mengedukasi masyarakat. Saat ini yang baru ketahuan ya memang di pasar, rumah sakit, dan permukiman kumuh,” terangnya.
Bukan Mitos! Inilah Tempat Favorit Sosok Penunggu Rumah Menurut Om Hao…
Selanjutnya, Pandu juga sempat menyinggung soal penggunaan zonasi Covid-19. Menurutnya zonasi seharusnya tidak dijadikan sebagai tanda kenaikan jumlah pasien positif Covid-19, melainkan itu cukup jadi rambu-rambu kewaspadaan.
“Edukasi masyarakat itu penting. Meningkatkan kewaspadaan. Jadi bukan pakai zona hijau zona hitam, yang paling bagus adalah menggunakan istilah kita harus lebih waspada jadi kewaspadaannya itu mau dikasih warna merah juga boleh. Tapi itu bukan zona ada kasus, tapi kewaspadaannya harus ditingkatkan. Begitu ada kenaikan kasus berapapun kenaikannya kita harus tingkatkan kewaspadaan. Karena satu dua tiga kasus potensial akan menular pada banyak orang,” terangnya.
Diberitakan, kasus baru positif Covid-19 di Soloraya melonjak pesat hanya dalam sehari, Rabu (15/7/2020), yakni 29 kasus di Kota Solo dan 20 kasus lainnya di Klaten. Sementara di Sukoharjo, terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 25 orang per Rabu malam. Penambahan kasus didominasi nakes di layanan kesehatan dasar yakni puskesmas.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- 3 Siswa di Madiun Tidak Diperkenankan Ikut PTM
- PDGI Catat Ada 40 Dokter Gigi di Semarang Terpapar Covid-19 Selama Pandemi
- Innalillahi! 99 Anak Salatiga Kehilangan Orang Tua Gegara Covid-19
- Bukan Hanya Covid-19, TBC Juga Ancam Kesehatan Warga Semarang
- Hasil Tes Positif Covid-19, Banyak Calon Penumpang Tetap Nekat ke Bandara Ahmad Yani
- Terapkan PPKM Level 3, Kendal Izinkan Pembelajaran Tatap Muka
- Satgas Covid-19 Nasional Datangi Salatiga, Ada Apa?
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.