Curhat Pengemudi Ojol Salatiga, Susah Cari Order dan Sulit Masuk Kampung
Para pengemudi ojek online atau lazim disebut ojol di Kota Salatiga, Jawa Tengah mengeluhkan dampak pandemi virus corona pemicu Covid-19.

Semarangpos.com, SALATIGA — Sejumlah pengemudi ojek online (ojol) di Kota Salatiga, Jawa Tengah mengeluhkan dampak pandemi virus corona terhadap pekerjaan mereka. Keluhan itu seputar sulitnya mencari pelanggan hingga kesulitan menembus jalan perkampungan untuk mengantarkan pesanan saat Covid-19 menyerang.
Para pengemudi ojol terlihat memangkal di seputar pusat-pusat kuliner, seperti di kawasan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Kelurahan Dukuh, dan Kelurahan Kauman Kidul. Seorang pengemudi ojol, Aji Kurniawan, mengatakan sudah dua bulan belakangan pekerjaan yang dilakoninya sepi pelanggan.
Sebagian besar pengguna aplikasi ojol lebih banyak memanfaatkan jasa mengantar makanan ketimbang mengantar penumpang. “Makanya kami sering ngumpul di daerah-daerah dekat pusat kuliner. Biar kalau ada order cepat nyantol,” ujar Aji ketika ditemui Semarangpos.com di kawasan UKSW, Rabu (22/4/2020).
Gadis Indigo Lihat Penghuni Bekas Kantor Semarang Seperti Film Insidious
Namun, imbuh Aji, strategi itu tidak sepenuhnya berhasil. Pasalnya dalam satu wilayah setidaknya ada belasan pengemudi ojol yang bergerombol. Aji bercerita sejak pandemi penghasilannya turun drastis. Dalam sehari dia hanya menerima tiga hingga lima kali pesanan.
Rata-rata semuanya adalah produk kuliner. Dari sana dia biasa mendapat upah rata-rata Rp8.000 untuk satu kali jasa antar dengan jarak 5 km. Upah akan naik tergantung seberapa jauh Aji mengantar makanan.
Rp50.000 Sehari
“Jadi rata-rata sehari paling dapat Rp50.000,” imbuh Aji. Penghasilan itu jauh berkurang dibandingkan rata-rata sebelum pandemi Covid-19 sebesar Rp150.000-Rp180.000.
Curhat Aji tak sampai di situ, ketika mengantar pesanan hambatan lain adalah banyaknya gang yang ditutup (lock down) oleh masyarakat sekitar. Padahal gang itulah yang ditunjukkan oleh peta pada aplikasi ojol. Alhasil Aji kerap harus mencari jalan alternatif yang berakibat pesanan pelanggan datang lebih lama.
Taman Srigunting Embuskan Kesan Sejuk ke Kota Lama Semarang
Ditanya soal rencana pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Salatiga, Aji mengaku tak setuju. Dia khawatir pekerjaannya ini akan makin sulit mendapatkan pelanggan. “Semoga jangan, nanti warung makan dibatasi, padahal saat ini jadi ladang utama kami,” imbuh pengemudi ojol Salatiga itu.
Pengemudi ojol lain, Suroto, juga mengungkapkan hal senada. Dikemukakannya soal kekhawatiran penerapan PSBB. Dia khawatir jika PSBB diterapkan banyak akses jalan yang akan ditutup.
“Otomatis akan mempersulit gerak kami yang bekerjanya sehari-hari di jalan,” imbuh dia. Soal pendapatan Suroto juga mengungkapkan pendapatannya turun selama pandemi.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- 3 Siswa di Madiun Tidak Diperkenankan Ikut PTM
- PDGI Catat Ada 40 Dokter Gigi di Semarang Terpapar Covid-19 Selama Pandemi
- Innalillahi! 99 Anak Salatiga Kehilangan Orang Tua Gegara Covid-19
- Bukan Hanya Covid-19, TBC Juga Ancam Kesehatan Warga Semarang
- Hasil Tes Positif Covid-19, Banyak Calon Penumpang Tetap Nekat ke Bandara Ahmad Yani
- Terapkan PPKM Level 3, Kendal Izinkan Pembelajaran Tatap Muka
- Satgas Covid-19 Nasional Datangi Salatiga, Ada Apa?
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.