Dua Bocah di Klaten Ini Harus Berjualan Ikan Hias Guna Membantu Ekonomi Keluarga

Dua bocah kakak beradik di Kabupaten Klaten ini harus berjualan ikan hias di tepi Jl. Pramuka, Kelurahan Klaten, Klaten, untuk membantu orang tua mereka memenuhi kebutuhan hidup.  

Dua Bocah di Klaten Ini Harus Berjualan Ikan Hias Guna Membantu Ekonomi Keluarga Daniel Wicaksono, 12, dan Rafael Prasetyo, 6, membantu ayahnya Aan Subandriyo, 40, berjualan ikan hias di tepi Jl. Pramuka, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, Rabu (29/4/2020). (Semarangpos-Taufiq Sidik Prakoso)

Semarangpos.com, KLATEN – Dua bocah kakak beradik di Kabupaten Klaten ini harus berjualan ikan hias di tepi Jl. Pramuka, Kabupaten Klaten, untuk membantu orang tua mereka memenuhi kebutuhan hidup.

Kakak beradik Daniel Wicaksono, 12, dan Rafael Prasetyo, 6, telah lebih dari sepekan terakhir berjualan ikan hias di Jl. Pramuka, Kelurahan Klaten, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten.

Dua bocah itu membuka dasaran di bawah pohon di tepi jalan itu. Dua bocah kakak-beradik asal Kampung Klaseman, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, itu tekun menunggu datangnya pembeli.

Terdampak Covid-19, 1.500 Pekerja Salatiga Di-PHK

Daniel dan Rafael seharian menjajakan ikan hias yang digantung dan diletakkan pada beronjong berbahan kayu dan kawat strimin. Beronjong itu diboncengkan pada sepeda jengki butut milik bapak mereka. Di sela-sela berjualan, mereka mengisi aktivitas dengan celoteh dan bermain di trotoar serta menata botol dan plastik berisi ikan hias.

Daniel yang kini duduk di bangku kelas V SD luwes menjajakan ikan hias. Dia tak canggung menjawab pertanyaan dan hafal satu per satu jenis ikan yang ada di beronjong. Begitu pula dengan Raffa. Bocah yang duduk dibangku TK itu sesekali membantu kakaknya melayani pembeli.

Beberapa jenis ikan yang mereka jual yakni cupang. Harganya bervariasi dari Rp5.000 hingga Rp10.000. Sementara, penghasilan kotor yang mereka dapatkan setiap hari juga bervariasi dari Rp50.000-Rp200.000.

Ganjar Pranowo Usulkan Pemotongan Gaji ASN, Ini Alasannya…

Aktivitas jualan ikan hias dilakukan kedua bocah Klaten itu untuk mengisi waktu senggang selama masa belajar di rumah diberlakukan menyusul persebaran Covid-19. “Dari pada ngamen ya lebih baik ini [jualan ikan],” kata Daniel saat ditemui wartawan di lokasi mereka berjualan, Rabu (29/4/2020).

Tetap Belajar

Berjualan ikan hias mereka lakukan untuk membantu perekonomian keluarga. Bapak mereka, Aan Subandriyo, 40, harus membagi waktu antara bekerja dan segera pulang. Hal itu dia lakukan karena sang istri, Hesti Retnowardani, 38, sakit stroke setahun ini.

Selain harus mencukupi kebutuhan keluarga, Aan harus menemani dan membantu istrinya minum obat, menyuapi, hingga mengantar ke kamar mandi. Sebelum terserang stroke, Hesti juga menyokong ekonomi keluarga dengan berjualan cilok ke sekolah-sekolah.

Sosok Tak Kasat Mata Ungkap Sejarah Rumah Harta Karun Semarang

Aan menuturkan sebelum ada pandemi Covid-19, dia biasa berjualan ikan hias ke sekolah-sekolah. Aktivitas itu dia lakukan setelah rampung mengantarkan anaknya sekolah serta merawat sang istri. Setelah ada ikan hias yang terjual, Aan buru-buru pulang lantaran istrinya seorang diri di rumah kontrakan.

“Namun, sejak ada Covid-19 ini sekolah-sekolah ditutup hingga saya tidak bisa jualan di sekolah,” urai Aan.

Lantaran sekolah tutup dan diberlakukan belajar dari rumah, muncul niatan kedua anaknya membantu berjualan. Kerap diajak berjualan membuat kedua anak itu luwes menjajakan barang dagangan di usia mereka yang masih belia.

Duh, Volume Ekspor Jateng Konsisten Merosot

Setiap pukul 09.00 WIB, Aan mengantar anak mereka beserta sepeda dan beronjong wadah ikan ke lokasi berjualan. Setelah barang dagangan tertata, Aan sejenak menemani mereka sebelum bergegas pulang merawat istrinya.

Istri Sakit

“Sekitar pukul 10.00 WIB biasanya saya pulang merawat istri karena harus memandikan, menyuapi, hingga meminumkan obat. Sekitar pukul 14.00 WIB, saya datang lagi ke tempat jualan menemani dan menjemput mereka. Pukul 16.00 WIB itu biasanya pulang,” kata Aan.

Soal aktivitas belajar di rumah, Aan mengaku kedua anaknya tetap belajar meski mereka berinisiatif berjualan. Aktivitas belajar itu biasa dilakukan saban selesai berjualan. “Kalau pulang istirahat dulu kemudian mengerjakan tugas sekolah,” kata Aan.

Tagar #UndipKokJahatSih Trending, Ini Jawaban Undip Semarang

Lebih lanjut, Aan mengaku sebagai penerima program keluarga harapan (PKH), bantauan pangan nontunai (BPNT), serta sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Lurah Tonggalan, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Syahrudin Mustofa, juga menegaskan Aan dan keluarganya menjadi penerima manfaat program bantuan dari pemerintah. Terkait dampak Covid-19, Syahrudin menegaskan keluarga Aan menjadi salah atu sasaran program jaring pengaman sosial (JPS) dari pemerintah.

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.