Perut Merapi Bengkak 0,5 Cm Per Hari, Ganjar: Kondisi Masih Aman
Perut Gunung Merapi dikabarkan membengkak akibat adanya timbunan magma sehingga sewaktu-waktu bisa melepaskan letusan atau erupsi.

Semarangpos.com, MAGELANG — Bencana erupsi Gunung Merapi masih mengintai masyarakat Jawa Tengah (Jateng). Terlebih, kondisi Merapi saat ini mengalami pembengkakan pada bagian perut karena adanya kandungan magma yang berlimpah.
“Pembengkakan perut Merapi terjadi rata-rata 0,5 sentimeter (Cm) per Hari. Kategori ini masih cukup aman. Sejak 22 Juni sampai sekarang pembengkakan terjadi hanya 14 cm,” ujar petugas pos pantau Gunung Merapi di Babadan, Magelang, Yulianto, Kamis (16/7/2020).
Yulianto menegaskan kondisi saat ini masih terbilang aman. Ia membandingkan dengan fenomena yang sama pada tahun 2006 silam saat Merapi erupsi cukup dahsyat. Kala itu pembengkakan perut Merapi berkisah 3 meter per hari.
Dinkes Salatiga Sebut Covid-19 Bisa Menular Via Udara, Ayo Pakai Masker!
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pun berharap kondisi Gunung Merapi tetap terkendali. Ia pun meminta petugas pengamatan selalu aktif menginformasikan tentang kondisi Merapi.
“Insyaallah masih aman, tapi statusnya tetap waspada. Kalau melihat pergerakannya sejak 22 Juni sampai sekarang hanya 14 cm. Dan itu kategori masih aman karena teman-teman pos pengamatan selalu aktif, termasuk yang di Babadan ini,” kata Ganjar.
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan antisipasi-antisipasi apabila Merapi meletus. Pihak BPBD Jateng, lanjut dia sudah menyiapkan itu dengan baik.
“BPBD sudah siapkan antisipasi-antisipasinya. Di sini, ada juga keluarga kembar yang disiapkan. Jadi kalau terjadi bencana, bisa mengungsi di tempat keluarganya itu. Tapi saya pesankan agar protokol kesehatannya dijaga, karena sekarang sedang ada Covid-19,” terangnya.
Simulasi
Sejumlah simulasi lanjut dia juga sudah dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Semua kekuatan baik TNI/Polri, Tagana, SAR, kepala desa, dan masyarakat semuanya sudah melakukan simulasi penanganan.
Dua Hari Nol Kasus, Laju Persebaran Covid-19 di Salatiga Diklaim Melambat
“Bahkan kami lebih lengkap lagi soal pelatihannya. Selain untuk menyelamatkan nyawa orangnya, tapi juga hewan ternaknya. Kalau hewan ternak tidak difasilitasi, orang di pengungsian masih teringat hewan ternak dan mencuri waktu untuk pulang. Ini bahaya,” tegasnya.
Dengan persiapan itu, maka apabila terjadi bencana erupsi Merapi, semua sudah siap. Dan masyarakat di sekitar puncak gunung lanjut Ganjar juga semuanya sudah siap, dengan pengalaman dan kearifan lokal masing-masing.
“Masyarakat yang ada di Magelang, Klaten dan Boyolalo semua sudah paham, apa itu wedus gembel, pergerakannya ke arah mana. Semua sudah tahu. Sekarang ditambah dengan ilmu pengetahuan di pos jaga ini, semuanya akan lebih presisi lagi,” terang Ganjar.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Satu Sepeda Motor Terseret Banjir Lahar Hujan di Klaten
- Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Sejauh 1,8 km
- Terapkan PPKM Darurat, Ganjar Minta Dukungan Polda Jateng
- Sambangi Proyek Tol Semarang-Demak, Jokowi Sebut Jadi Solusi Macet Puluhan Tahun
- Zona Merah Covid-19 di Jateng Bertambah, Dari 3 Kabupaten Jadi 8, Mana Saja?
- 173 Masyarakat Kurang Mampu di Jateng Dapat Sambungan Listrik Gratis
- Ditinjau Jokowi, Kawasan Industri Batang Mulai Dibangun Pabrik di Bulan Mei
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.