Salat Jemaah Digelar di Pesantren Ungaran Ini, Tirai Plastik Dipasang untuk Pengaman
Pondok Ar-Rosuly di Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tetap melaksanakan ibadah salat jemaah.
Semarangpos.com, UNGARAN — Masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat santri Pondok Ar-Rosuly di Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, untuk tetap melaksanakan ibadah secara berjemaah termasuk salat jemaah.
Di Musala Al-Mursalin pondok tersebut, empat tirai plastik dipasang sebagai pembatas antarjemaah dalam satu saf.
Tirai setinggi tiga meter itu dipasang dengan jarak antartirai sepanjang 70 cm. Setiap anggota jemaah berada di antara tirai untuk tetap melaksanakan ibadah secara berjemaah.
Berstatus PDP sebelum Ramadan, Warga Joyotakan Solo Nekat Salat Berjemaah dan Menular
Ruang yang tidak terlalu panjang untuk satu jemaah bertujuan agar antarjemaah tetap bisa saling menyentuh kaki saat salat. Sementara itu jarak pada saf pertama dan saf di belakangnya tetap diatur dengan jarak aman.
Penjaga Pondok Ar-Rosuly, Abdullah Yasin, mengatakan ide pemasangan tirai plastik pelindung saat salat jemaah itu datang dari mursyid pondok tersebut. “Mursyid kami ingin kegiatan berjemaah di pondok tetap jalan meskipun sedang pandemi Covid-19,” ujar Abdullah ketika ditemui wartawan di pondok, Senin (18/5/2020) siang.
Tirai pembatas antarjemaah itu mulai dipasang sejak awal Ramadan lalu. Setiap malam setidaknya 20 santri pondok dan masyarakat memadati musala untuk melakukan kegiatan keagamaan.
Jateng Kucurkan Rp10 M untuk Beli 3 Juta Masker Produk UMKM
Hasilnya seluruh kegiatan ibadah berjemaah di Pondok Ar-Rosuly tetap berjalan. Abdullah mengatakan Salat Tarawih berjemaah tetap berjalan setiap malam sejak hari pertama Ramadan.
Begitu juga dengan salat wajib. Baik santri pondok maupun warga sekitar tetap diperbolehkan melakukan salat berjemaah.
Selain empat tirai plastik, pengurus pondok juga menyediakan tempat cuci tangan di kompleks musala. Tujuannya agar setiap jemaah yang datang tetap mematuhi protokol kesehatan meskipun berada dalam keramaian.
Polresta Solo Pastikan Daging Sapi Palsu di Bandung Bukan dari Kota Solo
Selain salat, pondok dengan tarekat qadriyah na’sabandiyah ini memiliki jadwal rutin untuk mengkaji kitab-kitab klasik dan melantunkan selawat burdah. “Kegiatan biasanya berlangsung di malam-malam tertentu bersama mursyid kami,” imbuh Abdullah.
Santri Kalong
Lebih khusus aktivitas musala akan makin ramai tiap akhir pekan. Pasalnya santri Ar-Rosuly merupakan santri kalong yang tidak menetap di pondok. Mereka hanya datang ketika sang mursyid mengadakan kajian.
“Pondok ini tidak memiliki jenjang sekolah formal setingkat SD hingga SMA, kebanyakan santri adalah pekerja,” imbuh Abdullah.
Satu Jemaah Masjid di Joyotakan Solo Positif Corona, 90 Keluarga Dikarantina
Kegiatan di musala pondok juga makin padat tiap malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan. Kegiatan keagamaan rutin digelar untuk menyongsong lailatul qadar.
Salah satu santri Pondok Ar-Rosuly, Setyo Raharjo, mengatakan meskipun sempat merasa takut namun dirinya tetap mengikuti serangkaian kegiatan berjemaah di pondok.
Laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan di Ungaran ini sudah menjadi santri di Ar-Rosuly selama satu tahun. “Meski berjemaah kegiatan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kami harap Covid-19 tidak menghalangi ibadah berjemaah,” ujar Setyo.
Baca Juga
- 3 Siswa di Madiun Tidak Diperkenankan Ikut PTM
- PDGI Catat Ada 40 Dokter Gigi di Semarang Terpapar Covid-19 Selama Pandemi
- Innalillahi! 99 Anak Salatiga Kehilangan Orang Tua Gegara Covid-19
- Bukan Hanya Covid-19, TBC Juga Ancam Kesehatan Warga Semarang
- Hasil Tes Positif Covid-19, Banyak Calon Penumpang Tetap Nekat ke Bandara Ahmad Yani
- Terapkan PPKM Level 3, Kendal Izinkan Pembelajaran Tatap Muka
- Satgas Covid-19 Nasional Datangi Salatiga, Ada Apa?
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.