Warga Negara Indonesia Anak Buah Kapal China, Bekerja Seperti Budak dengan Gaji Kecil

Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal China dipekerjakan seperti budak dengan gaji kecil.

Warga Negara Indonesia Anak Buah Kapal China, Bekerja Seperti Budak dengan Gaji Kecil Jenazah WNI, ABK di kapal China dibuang ke laut (Istimewa).

Semarangpos.com, JAKARTA – Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal China dipekerjakan seperti budak dengan gaji kecil.

Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengungkap sebanyak 18 WNI yang berkerja jadi ABK di kapal China hanya digaji 140.000 Won atau Rp1,7 juta setelah 13 bulan bekerja. Berarti, mereka hanya menerima gaji sekitar Rp130.000 tiap bulannya.

Yaqut Cholil mengatakan kabar gaji 18 warga negara Indonesia ABK kapal China itu ia dapatkan dari Ketua Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Korea Selatan, Ari Purboyo.

PSBB di Kota Tegal Berhasil Tekan Kasus Covid-19, Ganjar Beri Pujian

Informasi tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang saksi yang tak disebutkan namanya di media Korea Selatan, MBC. Bahkan, saksi menyebutkan para ABK hanya bisa mengonsumsi air laut yang difiltrasi. Sedangkan, air mineral dikhususkan untuk ABK China.

“Pusing terus enggak bisa minum air itu sama sekali. Pernah juga sampai kaya ada dahak-dahak di sini,” ujar saksi tersebut.

Dari 18 WNI ABK kapal China itu, empat di antaranya meninggal dunia. Bahkan, tiga orang yang meninggal dunia itu jenazahnya dilarung ke laut.

Video Pembuangan Jenazah WNI dari Kapal China Disorot Banyak Pihak

Dari informasi yang ia peroleh dari Ketua Umum SPPI Ach Ilyas, Yaqut mengatakan pada Desember 2019, dua ABK asal Indonesia jatuh sakit. Karena sakitnya semakin serius, para kru mendesak kapten kapal untuk melabuhkan kapal.

Hal ini bertujuan agar kedua ABK tersebut mendapatkan penanganan medis yang memadai. Akan tetapi, kapten kapal menolak dengan alasan tidak mendapatkan persetujuan dari perusahaan.

Kemudian, 22 Desember 2019, seorang WNI ABK kapal China, Sepri meninggal dunia. Kapten kapal lantas melarung jenazah Sepri ke laut pada sore di hari yang sama.

Diduga Patah Hati, Mahasiswa Nekat Gantung Diri di Sragen

Lalu, pada 27 Desember 2019, seorang ABK lain yang sakit dipindahkan ke kapal lain, Longxing 802 yang sedang perjalanan menuju pelabuhan terdekat di Samoa, sebuah negara kecil yang berbatasan dengan Fiji.

Setelah delapan jam berada di Longxing 802, ABK yang berinisial Alfattah meninggal dunia, dan juga dilarung ke laut.

Minta Dipulangkan

Dengan adanya WNI ABK yang meninggal dunia, kru Longxing 802 panik dan minta dipulangkan. Longxing 802 berlayar kembali ke Busan. Pada 27 Maret 2020, para ABK tersebut dipindahkan ke kapal lain yang bernama Tian Yu 8 yang sedang perjalanan ke Busan.

Pencurian di Super Syifa Cell Kudus Terekam CCTV

Pemindahan ini untuk menghindari kemungkinan penolakan berlabuhnya kapal Longxing 802 karena adanya insiden kematian.

Dari rilis yang diterima Semarangpos.com pada Kamis (7/5/2020), Yaqut mengungkap ketika kapal Tian Yu 8 China mendekati perairan Jepang pada 29 Maret 20202, seorang WNI ABK meninggal dunia lagi. Dan oleh kru jenazahnya dilarung ke laut.

Kapal tiba di Busan pada 24 April 2020. Pemerintah Korea Selatan membawa semua ABK ke imigrasi, setelah itu dikarantina di sebuah hotel karena bertepatan dengan pandemi Covid-19.

Darah Tinggi, Pemeran Parodi Gagal Mudik Mbah Minto Dibawa ke RSUD Bagas Waras Klaten

Selama di Busan, ada satu ABK lagi yang meninggal dunia saat perjalanan ke rumah sakit pada 27 April 2020.

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.