Batik Lasem, Pengaruh Budaya Tiongkok di Rembang

Batik lasem merupakan batik khas Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang kali pertama diperkenalkan seorang Tionghoa kepada penduduk setempat.

Batik Lasem, Pengaruh Budaya Tiongkok di Rembang Batik tulis lasem diambil dari unggahan Instagram Laristha Batik, Jumat (14/8/2020). (Instagram - @laristha_batik)

Semarangpos.com, SOLO  Batik lasem merupakan batik khas Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Batik ini diperkenalkan kali pertama oleh seorang Tionghoa yang mengajarkan seni membatik kepada penduduk setempat.

Lasem merupakan nama daerah yang berada di pesisir utara Pualu Jawa. Lasem menjadi dermaga armada laut Kekaisaran Ming dari Tiongkok di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho. Seorang nakhoda kapal bernama Bi Nang Un datang bersama istrinya yang bernama Na Li Ni.

Na Li Ni adalah seorang perempuan yang menyukai dan menguasai berbagai kesenian. Salah satunya adalah membatik.

Kancil Tobat, Bantu Pak Tani dan Kerbau Malas

Dirinya kemudian mengajarkan seni menggambar di atas kain kepada penduduk Lasem. Karena latar belakang Na Li Ni yang berasal dari Tiongkok, maka motif penyusun pada batik itu banyak dipengaruhi oleh unsur tradisi Tionghoa.

Dalam perkembangannya, penduduk Lasem utamanya etnis Tionghoa banyak yang memutuskan untuk menjadi pengusaha batik. Batik lasem semakin hari semakin berkembang pesat dan berhasil menembus pasar luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Thailand hingga Suriname.

Motif penyusun dalam batik lasem didominasi oleh makhluk mitologi kepercayaan Tionghoa seperti liong alias naga, dan burung hong. Motif naga berkaitan erat sebagai simbol perjalanan spiritual. Sedangkan burung hong melambangkan keindahan dan keabadian.

Pemkab Kebumen Buka Objek Wisata Watu Jali

Selain motif itu, ada juga motif batik yang bukan diambil dari tradisi Tionghoa. Salah satunya adalah motif kricak alias batu pecah.

Emosi Masyarakat Terjajah

Motif ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Lasem yang pernah menjadi buruh pada masa pemerintahan Daendels pada abad XVIII. Saat itu, para buruh dipaksa memecah batu menjadi kricak.

Karena pekerjaan yang berat, banyak warga menderita beragam penyakit dan kelaparan. Emosi masyarakat Lasem kemudian digambarkan pada motif kricak ini.

Misteri Nama Wewe Gombel dan Bukit Gombel

Pemilihan warna dalam batik lasem didominasi dengan warna merah. Warna merah yang digunakan adalah abang getih pitik alias merah darah ayam. Warna merah alami didapatkan dari akar pohon pace. Selain warna merah, warna yang kerap digunakan dalam batik lasem adalah warna hijau, biru, dan putih.

Selain sebagai simbol akulturasi budaya Jawa dan Tiongkok, terdapat keunikan dari batik lasem. Tidak seperti kebanyakan batik yang dinamai berdasar motif penyusunnya, batik lasem diberi nama berdasarkan warna yang mendominasi pada kain batik.

Bang-bangan diambil dari bahasa Jawa abang-abang alias merah. Kelengan dari bahasa Jawa keleng alias hitam. Bang-biru untuk warna merah dan biru, serta bang-biru-ijo untuk warna merah, biru, dan hijau.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.