Masker di Salatiga Kosong Sejak Sebelum Virus Corona

Sidak DPRD Salatiga bersama jajaran eksekutif mengungkap kelangkaan masker Salatiga sebelum serangan virus corona.

Masker di Salatiga Kosong Sejak Sebelum Virus Corona Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit. (Pemkomedan.go.id)

Semarangpos.com, SALATIGA — Kelangkaan masker di beberapa apotik dan toko modern di Salatiga terjadi sejak Januari 2020 atau jauh sebelum serangan virus corona ramai diperbincangkan publik, Februari atau Maret lalu.

Fakta itu terkemuka dalam inspeksi mendadak DPRD Salatiga bersama jajaran Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga, Dinas Perdagangan (Disdag), dan Satpol PP, Selasa (3/3/2020). Kenyataan itu terungkap saat sidak dilakukan di Apotek Vitra, Jl. Diponegoro, Kota Salatiga.

“Kosong sudah dua bulan ini,” ujar pengelola Apotek Vitra, Gunawan Yuliantoro, kepada wartawan.

Hujan Deras Sebabkan Aspal Njepat di Semarang

Ia bercerita pada Januari 2020 masker kosong begitu saja. Padahal Apotek Vitra tak pernah menaikkan harga masker tersebut. Dalam satu kotak masker berisi 50 pak, pengelola apotek menjualnya dengan harga Rp20.000.

Pengelola apotek itu selanjutnya tidak lagi mendapatkan kiriman masker meskipun telah memesannya dari pabrik. Menurut Gunawan, masker tersebut baru datang paling cepat enam bulan sejak pemesanan.

“Padahal banyak pembeli yang menanyakan via telpon,” ujar Gunawan.

Warganet Keluhkan Layanan Buruk BRT Trans Semarang

Tatkala virus corona mulai merebak, pembeli datang berbondong-bondong sehingga apotek dan toko modern di Salatiga kehabisan masker. Kondisi serupa disampaikan karyawan toko modern di Jl. Adisucipto, Alfan Kurniawati.

Masker yang dijual di toko tersebut juga habis sejak dua pekan lalu. Sebungkus masker berisi lima pak dijual dengan harga Rp4.700. Sementara masker tali untuk pemakai kerudung dijual Rp8.500.

Menanggapi keterangan tersebut, Ketua DPRD Salatiga, Dance Ishak Palit, mengatakan sudah melakukan koordinasi dengan dinas terkait seperti DKK dan Diskominfo untuk mengedukasi masyarakat. “Fenomena ini bukan pada corona lagi tapi kepanikannya,” ujar Dance.

Cerita di Balik Rumah Akar Kota Lama yang Instagramable

Untuk itu, pemecahan atas masalah virus corona ini harus dilakukan secara terintegrasi. DKK sudah menyiapkan konten terkait edukasi virus corona kepada masyarakat. Sedangkan, Diskominfo akan menyiapkan spanduk dan sosialisasi secara masif lewat berbagai media.

Prioritas Pengguna Masker

Dance menambahkan warga jangan sampai terbawa panik karena wabah corona ini. “Jika panik, maka pikiran yang rasional bisa hilang,” kata dia.

Dance mencontohkan dengan ketersediaan 50 juta masker di Indonesia seharusnya cukup untuk mengaver kebutuhan warga. Namun masker menjadi langka karena masyarakat yang sebenarnya tidak membutuhkan justru memakainya.

Mobil Goyang Pasangan Mesum asal Jepara Digerebek di Kudus

Menurutnya, pemakaian masker seharusnya diprioritaskan untuk penderita maupun orang-orang yang berinteraksi langsung dengan penderita. Dance tidak menganggap perlu warga di luar orang-orang itu menggunakan masker.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Salatiga, Kusumo Aji, mengatakan dinas perdagangan masih akan menunggu ketersediaan masker di Salatiga. “Ini produknya belum ada jadi tidak bisa dikeluarkan kebijakan,” ujar dia.

Jika barang sudah ada pun, sambungnya, harga harus dijaga agar tidak sampai naik. Sementara itu, terkait kebutuhan empon-empon yang banyak diburu, Aji menyebut saat ini ketersediaan masih normal.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.