Batik Semen Gedhe Sawat Gurdha untuk Cucu Raja

Batik menunjukkan Indonesia adalah bangsa dengan kekayaan budaya berlimpah, termasuk salah satu batik tradisional motif semen gedhe sawat gurdha.

Batik Semen Gedhe Sawat Gurdha untuk Cucu Raja Motif batik semen sawat gurdho yang ditampilkan laman infobatik.id, Senin (13/7/2020). (infobatik.id)

Semarangpos.com, SOLO – Keanekaragaman budaya Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Dari batik saja sudah menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan kekayaan budaya berlimpah. Batik di Indonesia dibagi menjadi batik tradisional dan batik modern, salah satu batik tradisional itu adalah batik semen gedhe sawat gurdha.

Semen gedhe sawat gurdha merupakan salah satu variasi dari batik semen. Batik ini masuk ke dalam batik larangan keraton sehingga hanya boleh digunakan oleh orang-orang terdekat raja. Batik dengan motif burung garuda ini diatur sebagai motif yang boleh dipakai untuk cucu raja dan garis keturunan di bawah raja.

Batik semen gedhe sawat gurdha tersusun dari empat kata. Semen berarti semi atau tumbuh, gedhe berarti besar, sawat berarti sayap, sedangkan gurdha berarti garuda.  Dalam batik semen, motif penyusunnya terdiri dari tiga ornamen yaitu udara, darat, dan air sesuai dengan ajaran tribuwana. Hal ini juga berlaku dalam varian batik semen ini.

Mengenal Huk, Motif Batik Para Penguasa

Motif penyusun batik ini terdiri dari meru alias gunung, binatang, tumbuhan, pohon yang kuat, burung, dan garuda. Makna simbolis pada batik ini dapat dilihat dari motif penyusun di dalamnya.

Meru melambangkan puncak gunung yang tinggi. Gunung dalam kepercayaan Jawa merupakan tempat para dewa. Selain melambangkan gunung, meru juga menggambarkan bumi sebagai tempat segala sesuatu yang hidup bersemi.

Rantai Kehidupan

Binatang merupakan satwa yang hidup di hutan. Dalam kenyataannya, binatang hidup saling bergantungan antarsatu dengan yang lainnya. Binatang besar memakan binatang kecil untuk bertahan hidup, yang menjadikannya terbentuk sebuah mata rantai yang selalu berputar.

Istimewanya Sega Godog depan Makam Raja

Tumbuhan, dalam budaya Jawa sering diidentifikasikan sebagai pohon hayat alias pohon kehidupan. Pohon ini sering dilukiskan berupa sulur-sulur berdaun rimbun, berbelok-belok dan tidak terputus. Bentuk tersebut melambangkan kehidupan yang terus mengalir.

Sedangkan motif penyusun burung melambangkan penguasa di dunia atas, dunianya dewa dan para suci. Burung diibaratkan sebagai perwatakan yang luhur. Garuda dalam kepercayaan Jawa dianggap sebagai burung yang suci. Burung ini sering dianggap sebagai burung yang teguh timbul tanpa maguru atau sakti tanpa ada yang mengajari.

Saat semua motif penyusun digabungkan, motif semen gedhe sawat gurdha ini menjadi memiliki makna yang mendalam. Makna dari batik ini secara keseluruhan mengharapkan agar pemakainya memiliki kedudukan yang tinggi, dan hidup makmur namun tetap berbudi luhur. Batik ini biasa digunakan dalam acara pesta supaya pemakai terlihat berwibawa.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.