Ini Beda Batik Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran

Solo memiliki dua kerajaan otonom, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran yang memiliki motif batik yang berbeda.

Ini Beda Batik Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran Batik parang curigo kesit, khas Pura Mangkunegaran diambil dari laman info batik, Sabtu (8/8/2020). (infobatik.id)

Semarangpos.com, SOLO — Solo memiliki dua kerajaan otonom, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran. Walaupun menduduki wilayah di kota yang sama, keduanya memiliki motif batik yang berbeda.

Pada tahun 1755, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua wilayah kekuasaan, yakni Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Raden Mas Said melakukan pemberontakan terhadap Pakubuwana III hingga membagi daerah kekuasaan Kasunanan Surakarta menjadi dua. Kedua kekuasaan tersebut ialah Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Pura Mangkunegaran resmi berdiri pada tahun 1757 setelah adanya Perjanjian Salatiga. Raden Mas Said kemudian dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Walaupun diakui sebagai kerajaan otonom, gelar yang digunakan untuk penguasa Mangkunegaran hanya terbatas sebagai pangeran, bukan sunan maupun sultan.

Begini Asal Usul Kawah Sikidang di Dataran Tinggi Dieng…

Walaupun mendiami wilayah yang sama, keduanya memiliki tradisi yang berbeda. Batik menjadi karya budaya yang memperlihatkan perbedaan keduanya.

Pada umumnya, batik Kasunanan Surakarta didominasi oleh warna gelap seperti hitam dan cokelat. Sedangkan Pura Mangkunegaran memiliki warna batik yang didominasi oleh warna cokelat kekuningan sehingga lebih cerah.

Kebanyakan batik Kasunanan Surakarta diisi oleh motif geometris berbentuk kecil-kecil yang masih mengikuti pakem batik Kesultanan Mataram. Sedangkan motif batik Pura Mangkunegaran memiliki lebih banyak kreasi batik modifikasi.

Mengenal Batik Kumudawati, Khas Istana Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran sendiri memiliki banyak seniman dengan kreativitas tinggi. Bei Madusari merupakan seorang penari Jawa yang membuat motif batik buketan paris. Ada pula Kanjeng Mangun Kusumo yang telah menciptakan motif batik liris cemeng.

Favorit Ibu Tien

Bu Tien, sapaan akrab Siti Hartinah, istri dari presiden kedua Indonesia, Soeharto juga menjadi pewaris tradisi Mangkunegaran. Bu Tien merupakan canggah dari Mangkunegara III.

Tak heran jika selera berbusana Siti Hartinah erat dengan tradisi Pura Mangkunegaran. Dirinya memiliki batik favorit, yakni parang curigo kesit.

Urban Legend di Semarang, 9 Tempat Ini Dipercaya Angker

Parang curigo kesit merupakan salah satu batik khas Pura Mangkunegaran. Batik ini merupakan pengembangan dari batik parang rusak yang memiliki motif geometris. Motif parang curigo kesit memiliki motif menyerupai bentuk keris dengan motif segi empat melintang sejajar dengan ornamen keris.

Parang curigo kesit dinilai sebagai motif parang yang memiliki kesan paling feminin. Batik ini dipercaya sebagai lambang kesetiaan permaisuri pada zaman dahulu.

Motif keris kecil yang tergambar dalam batik ini melambangkan kemampuan seorang wanita untuk melindungi dirinya, dan keluarganya. Motif itu juga menjadi lambang kewibawaan dalam mengatur rumah tangga.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.